Pertanyaan Dalam Kubur Berlaku Bagi Ruh Dan Jasad
Pertanyaan di alam kubur bukanlah terhadap ruh saja, sebagaimana pendapat Ibnu Hazm dan yang lainnya. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya untuk jasad saja tanpa ruh, maka itu adalah pernyataan yang lebih rusak dan tidak bisa diterima. Banyak sekali hadits-hadits shahih yang membantah 2 pendapat di atas, karena pendapat yang mendekati kebenaran bahwa pertanyakan diajukan kepada ruh dan jasad secara bersamaan. Begitu juga siksa kubur, ia diberikan kepada ruh dan jasad bersamaan. Hal ini berdasarkan kesepakatan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ruh secara terpisah akan merasakan nikmat dan merasakan siksa, walaupun ia masih terhubung dengan jasad.
Ketahuilah, bahwa siksa kubur adalah siksa di alam barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak mendapatkan adzab, ia pasti akan mendapatkannya. Baik ia dikubur maupun tidak. Meski tubuhnya dimangsa bintang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi abu dan berterbangan, atau disalib dan tenggelam di dasar laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapatkan siksa, sama halnya dengan orang yang meninggal kemudia dikuburkan.
Adapun riwayat yang menyatakan bahwa ia akan didudukkan, dan tulang-tulang rusuknya saling berlipatan, haruslah dipahami menurut yang dimaksudkan oleh Nabi MuhammadShallallahu alaihi wa sallam tanpa melebih-lebihkan maupun meremehkan.
Apakah Pertanyaan Kubur Hanya Bagi Ummat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
Dalam hal ini, terdapat tiga pendapat berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Munkar dan Nakir. Pendapat yang paling tengah adalah diam dan tidak mempertanyakannya. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama, diantaranya adalah Abu Umar bin Abdil Barr. Beliau berkata: Dalam hadits Zaid bin Tsabit, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ummat ini akan diuji dalam kubur-kubur mereka.” (HR. Muslim no. 2827 dan Ahmad V/190)
Tempat Tinggal Ruh Sesudah Kematian
Ada juga perselisihan tentang tempat tinggal ruh antara kematian seseorang hingga datangnya hari kiamat. Namun, yang harus kita ketahui bahwasannya ruh yang terdapat di alam barzakh memiliki tingkatan-tingkatan yang sedemikian rupa. Di antaranya terdapat ruh-ruh yang bertempat tinggal di puncak Illiyyin di Al-Mala’u Al-A’la. Yaitu tempat para Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Di mana kedudukan mereka juga bertingkat-tingkat. Di antaranya ada ruh yang berada ditubuh burung-burung hijau, yang terbang kian kemari di Jannah sekehendak hati. Mereka adalah ruh-ruh Sebagian para syuhada’, namun tidak seluruhnya. Karena Sebagian syuhada’ ada juga yang terkurung ruhnya hingga tidak masuk kedalam Jannah karena belum melunasi hutangnya. Sebagaimana hal tersebut dijelaskan di dalam “Al-Musnad” dari Muhammad bin Abdillah bin Jahsy yang mengatakan bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang akan aku dapat jika aku terbunuh di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Surga.” Setelah orang itu berlalu, Nabi Muhammad meneruskan, “Kecuali kalua ia masih berhutang, baru saja Jibril yang membisikkan kepadaku.” (HR. Ahmad IV/350 dan Al-Haitsami di dalam Al-Majma VI/127)
Diantara ruh-ruh itu juga ada yang terkurung di pintu surga. Sebagaimana dalam hadits, di mana dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Saya melihat sahabat kalian terkurung dipintu surga.” (HR. Ibnu Majjah no. 2433 dan Ahmad IV/136).
Terdapat juga ruh yang terkurung didalam kuburnya sebagaimana kisah pemilik sepotong kain yang ia curi dari rampasan perang kemudia ia mati terbunuh dijalan Allah. Orang-orang mengatakan, “Selamat, bagiannya adalah surga” Maka Nabi Muhammad bersabda, “Demi Dzat yang yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya sepotong kain yang dia curi itu menjadi api yang menyala membakar dirinya di dalam kubur. (HR. Bukhari no. 3234, Muslim no. 115 dan An-Nasa’I no. 3827)
Diantaranya juga terdapat ruh yang terkurung dalam bumi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Al-Qayyim, beliau berkata, “Sesungguhnya itu adalah ruh-ruh yang rendah dan tidak bermartabat. Dia tidak akan pernah naik ke langit dan berkumpul dengan ruh-ruh yang bermartabat sebagaimana mereka tidak berkumpul saat masih di dunia.” (Ibnu Al-Qayyim, Ar-Ruh, hal. 143)
Terdapat juga ruh yang bertempat tinggal di dalam bangunan yang menyerupai tungku yang berapi-api untuk para pezina lelaki dan wanita. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Samrah bin Jundub, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Adapun para lelaki dan wanita yang telanjang, yang berada didalam bangunan berupa tungku, mereka adalah para pezina laki-laki dan wanita. Sedangkan laki-laki yang didatangi (malaikat) berteriak-teriak di dalam singai dan di lempari batu, adalah para pemakan riba.” (HR Bukhari 7047 dan Ahmad V/10)
Wallahu a’lam
Sumber: Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi. 1347. H Al-Minhah Al-Ilahiyah Fie Tahdzib Syarh At-Thahawiyah. Riyadh: Darr Ibnu Jauzi cetakan pertama.