Ashabul Ukhdud (Bagian Pertama)

Pengantar

Di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashabul Ukhdud. Hadis Nabi datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam untuk kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman dengan iman mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api daripada kufur kepada Allah. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana raja thaghut yang sombong, yang mengklaim diri sebagai tuhan

Teks Hadis

Muslim meriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja, ‘Sesungguhnya aku sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir. Raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.

Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, terdapat seorang ahli ibadah(pendeta). Pemuda itu lalu duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau heran. Dan ketika mendatangi ahli sihir, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di tempatnya. Suatu ketika ia mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia memberitahukan hal tersebut kepada sang pendeta.

Pendeta itu berkata, ‘Jika engkau takut pada ahli sihir, maka katakan, ‘Keluargaku menahanku.’ Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan, ‘Ahli sihir telah menahanku.’

Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang sangat besar yang menahan orang-orang, maka dia berkata, ‘Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik, ahli sihir ataukah pendeta?’

Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata, ‘Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.’ Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka. Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya, ‘Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada diriku. Sebab urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).’

Pemuda itu pun berhasil memyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit. Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata, ‘Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.’ Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan menyembuhkanmu.’ Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan Allah menyembuhkannya.

Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya, ‘Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu?’

Dia menjawab, ‘Tuhanku.’ ‘Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?’ Tanya raja. ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,’ sahutnya. Maka, sang raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian meminta agar pemuda itu didatangkan. Raja berkata, ‘Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu’. Maka dia berkata, ‘Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.’

Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan. Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, ‘Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula’. Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya, ‘Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula’. Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.

Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya, ‘Kembalilah kepada agamamu’. Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, ‘Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka tidaklah masalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia’. Kemudian mereka segera memebawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu’. Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui raja.

Kemudian raja bertanya kepadanya, ‘Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?’ Dia menjawab, ‘Allah Yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka’. Maka, pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, ‘Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan’. Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu.’ Maka, kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.

Dan raja berkata kepadanya, ‘Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu tadi?’ Dia menjawab,’Allah Yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari kejahatan mereka’. Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja, ‘Sesungguhnya anda tidak akan dapat membunuhku hingga anda melakukan apa yang aku perintahkan kepada anda’.

‘Apa yang harus aku lakukan?’ tanya raja itu. Pemuda itu menjawab, ‘Kamu harus mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari tempat anak panahku, letakkanlah pada busurnya, kemudian ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini’. Lalu lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Sesungguhnya jika anda telah melakukan hal itu, niscaya anda akan dapat membunuhku’.

Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang. Dia menyalib pemuda di atas sebatang pohon, lalau mengambil satu anak panah dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada busurnya, kemudian mengucapkan Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini). Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia. Pada saat itu orang-orang berkata ,’Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini’.

Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya, ‘Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman’. Sang raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Sang raja berkata, ‘Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke dalam parit itu’. Atau akan dikatakan kepadanya, ‘Ceburkanlah dirimu’. Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya, ‘Wahai Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.'”

Dalam Sunan Tirmidzi dari Shuahaib berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang raja. Raja ini memiliki dukun yang berpraktek untuknya. Dukun ini berkata, ‘Pilihkanlah untukku seorang pemuda yang mengerti-atau dia berkata, ‘Pemuda yang pandai lagi mudah diajari’. Aku akan mengajarkan ilmuku ini kepadanya, karena aku takut tiba-tiba mati, ilmu ini terputus dan tidak ada yang mewarisinya di antara kalian.'”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Lalu mereka memilih seorang pemuda seperti yang dia minta dan memerintahkannya untuk menghadap dukun itu. Maka pemuda ini mulai sering mendatangi dukun itu. Sementara itu perjalanan pemuda ini menuju dukun, terdapat seorang pendeta di sebuah kuil.”

Ma’mar berkata,”Menurutku, para penghuni kuil pada hari itu adalah orang-orang muslim.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan,”Pemuda itu mulai bertanya kepada sang pendeta setiap kali dia melewatinya. Pemuda itu terus bertanya hingga pendeta itu bercerita. Pendeta itu berkata, ‘Aku hanyalah seorang hamba Allah’. Selanjutnya pemuda ini duduk di depan pendeta dan datang terlambat kepada sang dukun. Maka dukun itu bertanya kepada keluarga si pemuda itu, bahwa dia jarang menghadiri majlisnya. Pemuda ini menceritakan hal itu kepada si pendeta. Maka pendeta itu berkata kepada pemuda, ‘Jika dukun itu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakanlah saja, di rumah. Dan jika keluargamu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka, katakana saja, di sisi dukun.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan,”Ketika pemuda itu dalam keadaan demikian, dia melewati sekumpulan orang dalam jumlah yang banyak yang tertahan oleh seekor binatang. Sebagian dari mereka berkata, ‘Binatang itu adalah seekor singa.’ Lalu pemuda ini mengambil sebuah batu dan berkata,’Ya Allah jika apa yang di ucapkan oleh pendeta itu adalah benar, maka aku memohon kepada-Mu agar bisa membunuh binatang ini.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan, “Pemuda itu melempar dan membunuh binatang itu. Orang-orang bertanya, ‘Siapa yang membunuhnya?’ Mereka menjawab, ‘Seorang pemuda’. Orang-orang pun terkejut. Mereka berkata, ‘Pemuda itu telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun.’

‘Lalu seorang buta mendengar kisah tentang pemuda ini. Orang buta ini berkata kepadanya, ‘Jika kamu dapat mengembalikan penglihatanku, maka aku memberimu ini dan ini.’ Pemuda ini menjawab, ‘Aku tidak menginginkan pemberianmu. Akan tetapi, jika penglihatanmu kembali kepadamu, apakah kamu bersedia beriman kepada yang mengembalikannya kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Ya’.” Nabi bersabda, “Lalu nabi itu berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Orang buta itu bisa melihat dan dia beriman.”

Hal itu diketahui oleh raja, maka mereka dihadapkan kepada raja. Raja berkata, “Masing-masing dari kalian akan aku bunuh dengan cara berbeda.” Lalu raja memerintahkan pendeta dan laki-laki yang pernah buta itu agar dihadapkan. Sebuah gergaji diletakkan di ubun-ubun salah satu dari keduanya dan raja membunuhnya (dengan cara itu), sementara yang lain dibunuh dengan cara lain. Kemudian raja memerintahkan atas si pemuda dengan berkata, “Bawalah pemuda ini ke gunung ini dan ini, lemparkanlah dia dari puncaknya.” Lalu para tentara raja membawanya ke gunung yang disebut oleh raja. Ketika mereka tiba di tempat di mana mereka akan melemparkan pemuda itu, tiba-tiba mereka terpelanting dan berjatuhan dari gunung itu, sehingga yang tersisa hanyalah si pemuda tersebut.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian pemuda itu pulang. Raja menangkapnya dan memerintahkan bala tentaranya agar membuangnya ke laut. Pemuda ini dibawa ke laut. Dan Allah menenggelamkan bala tentara raja yang membawanya dan menyelematkannya.

Pemuda itu berkata kepada raja, engkau tidak akan bisa membunuhku sebelum engkau menyalibku dan memanahku, lalu engkau berkata ketika memanahku, ‘Bismillah Tuhan pemuda ini.'” Nabi melanjutkan, “Lalu pemuda ini disalib. Raja menyiapkan anak panahnya dan berkata, ‘Bismillah, Tuhan pemuda ini.’ Pemuda ini memegang pelipisnya ketika panah mengenainya dan dia pun mati.

Maka orang-orang berkata, ‘Pemuda  ini telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh seorangpun. Kami beriman kepada tuhan pemuda ini.’

Maka ada orang yang berkata kepada raja, ‘”Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu. Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.'” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Maka, raja menggali parit, kemudian kayu bakar dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada mereka diserukan, ‘Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan barang siapa telah memegang agamanya, maka kami akan melemparkan di ke dalam api.’ Maka,  bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam parit-parit tersebut.”

Allah berfirman, “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu baker