Larangan Melakukan Kecurangan atau Penipuan Terhadap Kaum Muslimin

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw. lewat di depan tumpukan makanan. Beliau memasukkan tangan beliau ke dalam tumpukan itu. Beliau mendapati makanan gy sudah basah di dalamnya. Beliau berkata, “Apa ini hai penjual makanan?” Ia menjawab, “Ya Rasulullah, makanan ini basah karena tersiram air hujan.” Rasul berkata, “Mengapa tidak engkau letakkan di atas agar orang-orang dapat melihatnya? Barangsiapa berbuat curang, maka ia bukan dari golonganku,” (HR Muslim [102]).

Masih dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengangkat senjata terhadap kami, maka ia bukan dari golongan kami. Dan barangsiapa melakukan kecurangan terhadap kami, maka ia bukan dari golongan kami,” (HR Muslim [101]).

Kandungan Bab:

  1. Menyembunyikan aib atau cacat dan penipuan dalam jual beli hukumnya haram walau bagaimana pun bentuk dan caranya. At-Tirmidzi berkata dalam Sunannya (III/607), “Hukum inilah yang berlaku dikalangan ahli ilmu. Mereka sepakat melarang penipuan. Mereka berkata: ‘Penipuan hukumnya haram’.” 
  2. Jika seorang pembeli mendapati cacat pada barang yang dibelinya, maka ia memiliki hak khiyar (pilih) untuk mengembalikannya. Namun demikian, jual beli tersebut dianggap sah.

    Al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (VIII/167), “Penipuan dalam jual beli hukumnya haram, misalnya menyembunyikan cacat, menggemukkan kambing (dengan tidak memerah susunya agar terlihat gemuk-pent), menghiasi wajah budak wanita sehingga kelihatan cantik oleh calon pembeli atau mengkeriting rambutnya. Hanya saja jual belia tersebut dianggap sah dan si pembeli memiliki hak khiyar (hak pilih antara tetap menahan barang atau mengembalikannya) jika menemukan cacat tersebut.”

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 1/209-210.

Baca Juga