Para ulama sepakat mengenai nasab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga Adnan. Namun setelah Adnan hingga Ibrahim ‘Alaihissalaam ada perbedaan pendapat di antara ulama sirah. Dan setelah Nabi Ibrahim ‘Alaihisalam ke atas hingga Nabi Adam ‘Alaihissalaam, maka tidak ada dalil dan landasan yang bisa dijadikan pedoman. (Al-Bidayah wan-Nihayah, 3/51)
Kakek Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jasa-jasa mereka;
1. Qushay, dialah yang menyatukan suku Quraisy dan mengembalikan penguasaan Masjidil Haram kepada mereka karena sebelumnya Masjidil Haram sempat dikuasai oleh Bani Khuza’ah. Dia memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan Quraisy, hingga mereka pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau diutus kepada Nabi, “Bangkitkan kembali Qushay dari kuburannya, karena dia adalah tokoh yang jujur dan selalu benar, jika dia bersaksi atas kebenaran yang kamu bawa, maka kami akan menjadi pengikutmu.”
2. Abdu Manaf, dialah yang memegang peranan mengatur urusan pembagian air minum dari sumur zam-zam.
3. Hasyim, dialah yang mempelopori perjalanan musim panas dan musim dingin. Beliau dinamakan Hasyim karena dia yang menyiapkan roti untuk makanan para jama’ah haji. Nama sesungguhnya adalah Amr.
4. Abdul Muthallib, dia besar di Madinah dan sangat mirip dengan kakeknya, Qushay. Dialah yang menggali kembali sumur zam-zam.
Kesaksian tentang mulianya garis keturunan Rasulullah diakui hingga oleh musuh-musuh Islam. Raja Romawi Heraklius pernah bertanya kepada Abu Sufyan sewaktu masih kafir tentang garis keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Sufyan berkata, “Dia (Muhammad) memiliki silsilah garis keturunan yang sangat mulia di antara kami.”
Hikmah Nasab Nabi yang mulia
1. Di antara hikmahnya adalah agar misinya mengajak kepada persamaan derajat dan penegakan keadilan tetap terbangun di atas landasan yang kokoh dan bukan didasari oleh kondisi kejiwaan yang selama ini terhimpit, serta oleh keinginan untuk mendapatkan status sosial, karena semua itu telah dimiliki oleh keluarganya. Kita telah banyak menyaksikan perjuangan ideologi-ideologi batil yang dilatarbelakangi penindasan yang mereka alami dalam kehidupan mereka. (Shalih asy-Syami, Min Mu’ini as-Syirah, hal. 17-18)
Seperti ajaran Atheis, Marxisme yang dipelopori oleh seorang yang tertindas dalam masyarakatnya, kemudian orang tersebut melakukan perlawanan terhadap sistem kapitalis untuk mendapatkan status dan kedudukan yang belum pernah dia rasakan dalam kehidupannya.
2. Sesungguhnya orang-orang Arab yang mengenal silsilah nasab beliau dan otentisitasnya, maka tidak ada keberatan bagi mereka untuk bergabung di bawah benderanya. Bisa kita bayangkan bagaimana respon kabilah-kabilah tersebut, apabila dengan tiba-tiba ada hamba sahaya yang muncul (untuk memimpin) di antara kabilah-kabilah Quraisy? Padahal orang-orang kafir saja berkata meskipun beliau memiliki nasab yang tinggi ini, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa al-Qur’an ini tidak diturunkan epada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?’” (Az-Zukhruf: 31)
3. Pembelaan dan perlindungan yang beliau dapatkan dari kabilah beliau. Sebagaimana sikap Abu Thalib yang terkenal itu. Termasuk peristiwa masuk Islamnya Hamzah Radliyallahu ‘anhu.
Sumber: Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, “Fiqh Sirah Nabawiyyah”, Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016