Pengantar
Kisah ini membimbing kita kepada jalan keluar jika kita diliputi oleh kesulitan-kesulitan, dan tali asa dari para hamba telah terputus. Dalam kondisi ini terdapat pintu di mana tidak ada harapan yang putus darinya. Dia selalu hadir. Dia berkuasa selama-lamanya, menjawab orang yang dalam kesulitan jika dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesengsaraan. Dalam hadis berikut ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kisah tiga orang yang masuk ke dalam goa, lalu sebuah batu besar jatuh dan menutup pintu goa. Maka masing-masing bertawassul kepada Allah dengan amalan paling mulia yang dilakukannya dan berdoa kepada Allah dengan amalan tersebut. Allah mengabulkan doa mereka. Dia mengangkat musibah dan menghapus kesulitan mereka.
Teks Hadis
Bukhari Muslim meriwayatkan dari Shahih, masing-masing dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun. Maka mereka berteduh di sebuah goa di gunung. Sebuah batu besar tiba-tiba menggelinding dari gunung menuju pintu goa dan menutupnya.
Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, ‘Lihatlah amal shalih yang telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengannya. Semoga Allah memberi kemudahan bagi kalian.’
Salah seorang dari mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kedua orang tuaku terlebih dahulu sebelum anak-anakku. Suatu hari aku menggembala cukup jauh dari desa. Aku tidak pulang kecuali hari telah sore, dan aku mendapati mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu seperti biasa. Aku membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu di atas kepala mereka berdua. Aku tidak ingin membangunkan kedunya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum keduanya minum. Sementara anak-anak menangis kelaparan di bawah kakiku. Aku tetap melakukan apa yang aku lakukan dan anak-anak juga demikian sampai terbit fajar. Jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari wajah-Mu, maka bukalah pintu goa ini sedikit sehingga kami bisa melihat langit.’ Lalu Allah membuka pintu goa sedikit dan mereka melihat langit.
Yang lain berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan, dan aku sangat mencintainya seperti laki-laki mencintai perempuan. Aku meminta dirinya, tetapi dia menolak sampai aku bsia memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya. Manakala aku telah duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘”Wahai hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah, jangan membuka cincin kecuali dengan haknya.’ Maka aku meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena mencari Wajah-Mu, maka bukalah pintu goa sedikit.’ Maka pintu goa terbuka agak lebar.
Yang ketiga berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku menyewa seorang pekerja dengan imbalan satu faraq besar. Selesai menunaikan pekerjaaannya, dia berkata, ‘Berikan hakku.’ Lalu aku menyodorkan faraq-nya, tetapi dia menolaknya. Seterusnya aku menanamnya sampai aku mengumpulkan beberapa sapi sekaligus pengembalanya darinya. Dia datang lagi dan berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, jangan menzhalimi hakku.’ Aku berkata, ‘Pergilah kepada sapi-sapi itu berikut penggembalanya. Ambillah.’ Dia menjawab, ‘Jangan mengolok-olokku, bertakwalah kepada Allah.’ Aku berkata, ‘Aku tidak mengolok-olok dirimu. Ambillah sapi-sapi itu dan pengembalanya.’ Lalu dia mengambil dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan hal itu demi mendapakan wajah-Mu, maka bukakanlah sisanya.’ Maka Allah membuka apa yang tersisa.
Takhrij Hadis
Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari di beberapa tempat dalam Shahihnya dalam
kitabul Buyu’, bab jika membeli sesuatu untuk orang lain tanpa izinnya lalu dia rela, 4/408, no. 2215.
Kitabul Hartsi wal Muzaroah, bab jika menanam dengan harta suatu kaum tanpa izin mereka dan hal itu mengandung kebaikan bagi mereka, 5/16, no. 2333.
Dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab hadis goa, 6/505, no. 3465. dalam kitabul Adab, bab dijawabnya doa karena birrul walidain, 10/404, no. 5974.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Dzikri wa Dua’, bab kisah tiga orang penghuni goa, 4/2009, no. 2743.
Tempat dan Zaman Kisah ini:
Allamah Ibnu Hajar Al-Asqalani meneliti lafadz-lafadz kisah ini dan riwayat-riwayatnya di buku-buku sunnah. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa tidak terdapat hadis shahih yang menjelaskan tempat dan zaman kisah ini. Hanya saja terdapat hadis dhaif yang diriwayatkan oleh Thabrani dari hadis Uqbah bin Amir dalam doa, bahwa tiga orang yang disebutkan dalam kisah ini adalah Bani Israil. (Fathul Bari, 6/506-510).
Dan apa yang ditunjukkan oleh hadis itulah yang kuat, menurutku. Bukan berpijak kepada hadis dhaif, akan tetapi menarik kesimpulan dari riwayat hadis shahih. Tiga orang yang disebutkan dalam hadis adalah orang-orang muslim yang bertauhid, kaum mereka juga demikian. Hal ini ditunjukkan oleh sepupu wanita salah seorang dari ketiganya yang takut kepada Allah lalu menolak berbuat zina. Lalu pekerja yang berbicara kepada pemilik harta majikannya, ‘Ya Abdullah (wahai hamba Allah).’ Ketiganya memiliki akhlaq-akhlaq luhur yang mengisyaratkan adanya istiqomah, ketakwaan dan keshalihan. Dan masing-masing secara nyata menyatakan bahwa melakukan semuanya karena Allah, dan tidak ada sebuah umat yang berciri kebaikan dan kemuliaan sebelum umat ini seperti Bani Israil.
Yang rajih bagiku, bahwa bumi terjadinya kisah ini adalah bumi Palestina. Hal ini karena buminya memiliki gunung, lembah, dan goa. Tiga orang ini berlindung di dalam goa yang berada di sebuah gunung dan batu yang menutup goa itu longsor dari gunung. Apapun, apakah ketiga orang ini dari Bani Israeil atau bukan, apakah kisah ini terjadi di Palestina atau bukan, apakah kita mengetahui nama ketiga orang dalam kisah ini atau tidak, itu sama sekali tidak mengurangi bobot kisah ini lantaran pelajaran terbesar dari kisah ini adalah penyelamatan Allah kepada orang yang bertawaasuul kepadanya dengan amal shalih dan bahwa Dia tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. Ini sangatlah jelas dari kisah di atas tanpa memandang tempat dan waktu terjadinya. Wallahu musta’an.
Sebagian ahli ilmu menyatakan bahwa goa tempat berlindung ketiga orang ini adalah goa tempat berlindung Ashabul Kahfi yang diceritakan di dalam Al-Qur’an. Pendapat ini tidak diterima. Dalil mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani dengan sanad hasan dari Nu’man bin Basyir, bahwa dia mendengar Rasulullah menyebut Ar-Raqim. Beliau bersabda, “Ada tiga orang pergi, maka mareka masuk ke dalam goa. Sebuah batu besar jatuh di mulut goa dan menutup jalan mereka