Pergolakan antara kebenaran dan kebatilan bermula sejak Iblis menolak perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam. Maka, dia bersumpah untuk menyesatkan umat manusia, kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas karena mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Karena itulah, perlawanan paling berat dialami oleh para nabi. Allah SWT menjelaskan (yang artinya), “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) ….” (Al-An
Kebatilan akan terus melahirkan kezaliman-kezaliman dan ujungnya adalah kehancuran. Sedangkan kemenangan akan ada di pihak kebenaran, cepat atau lambat. Firman Allah SWT, “Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” ( Al-Isra’ : 81).
Kemenangan bagi umat Islam adalah sunnah yang bersifat aksiomatik apabila dipenuhi syarat-syaratnya. Amerika sedang memimpin kebatilan dunia untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Tapi, “Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (An-Naml: 50).
Mari kita lihat sejauh mana kekuatan blok kafir dan apa bekal umat Islam untuk menghadapi Amerika dan sekutu-sekutunya. Kekafiran adalah agama yang satu. Kerja sama di antara mereka suatu keniscayaan. Allah SWT , “Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (Al-Jaatsiyah: 19).
Segala upaya mereka satu padukan untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Apalagi, setelah mereka merasa menang dalam perang dingin dengan Rusia yang gulung tikar setelah kekalahan yang dialaminya secara telak di Afghanistan. Oleh Gorbachef dikatakan sebagai salah perhitungan. Satu per satu wilayah yang dicengkeram Rusia berguguran dan komumisme bangkrut, gulung tikar.
Menurut Sammuel P. Hangtington, penasihat pemerintah AS, musuh berikutnya yang harus dihancurkan adalah Islam dengan segala kekuatannya. Maka, segala langkah dirancang. Melihat gulung tikarnya Rusia karena perjuangan mujahidin, maka Amerika berusaha untuk menghancurkan mereka. Sehingga, semua gerak langkah mereka dipersempit. Terutama setelah peranan mujahidin nampak dalam perjuangan mereka membantu saudara-saudara sesama Muslim yang mengalami etnic cleansing di Bosnia. Perjuangan Kasymir, perjuangan di Filipina Selatan, dll., maka dicarilah jalan untuk menghancurkan mereka. Rupanya analisis buku Bukan, tetapi Perang terhadap Islam menguatkan rekayasa 11 September sebagai entri point untuk menyatakan perang total terhadap terorisme internasional, yaitu Islam. Sasaran yang dituju adalah WTC sebagai pusat bisnis internasional dan counternya adalah membasmi perdagangan Islam, yaitu jihad dan mujahidin. Firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Ash-Shaf: 10-11).
Mereka telah berhasil sedemikian rupa untuk mempengaruhi opini dunia bahwa yang diperjuangkan betul-betul adalah membasmi terorisme. Padahal, kenyataan membuktikan bahwa Amerika adalah sumber terorisme dalam infasinya ke negara-negara berdaulat, seperti Afghanistan, Irak, Somalia, dll. Dan, teroris Israel malah mendapat dukungan luar biasa, bahkan vetonya selalu membela teroris Israel. Begitulah keadaan berlangsung di mata dunia, tanpa ada yang bisa menghentikan langkah-langkahnya, termasuk PBB yang bermarkas dan dibiayai oleh Amerika tersebut.
Meskipun begitu, justru dalam kazaliman dan arogansi Amerika itu kita akan melihat masa kehancurannya. Karena, Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (Asy-Su