Pengantar
Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kepada kita bahwa Nabiyullah Sulaiman bersumpah untuk menggauli sembilan puluh sembilan istrinya. Masing-masing istri melahirkan seorang penunggang kuda untuk berjihad fi sabilillah. Tetapi tidak ada yang melahirkan kecuali satu istri. Dan itupun hanya setengah manusia, karena dia tidak berucap insya Allah.
Teks Hadis
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam beliau bersabda, “Sulaiman bin Dawud berkata, ‘Demi Allah, aku akan berkeliling malam ini kepada tujuh puluh istri, masing-masing istri melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad fi sabilillah.’ Temannya berkata kepadanya, ‘Insya Allah.’ Tetapi Sulaiman tidak mengucapkannya, maka tidak seorangpun yang melahirkan kecuali seorang saja melahirkan bayi yang jatuh salah satu sisinya.”
Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Jika Sulaiman mengucapkan, niscaya mereka berjihad fi sabilillah.” Syuaib dan Ibnu Abiz Zinad berkata, “Sembilan puluh.” Dan ini lebih shahih. Lafadznya adalah lafadz Bukhari. Hadis ini disebutkan oleh Bukhari dalam Kitabul Jihad dengan lafadz, “Demi Allah, malam ini aku akan berkeliling kepada seratus istri atau sembilan puluh sembilan istri.”
Dalam Kitabun Nikah dengan lafadz, “Sulaiman bin Dawud berkata, ‘Demi Allah, malam ini aku akan berkeliling kepada seratus wanita, setiap wanita melahirkan seorang anak laki-laki yang berperang di jalan Allah.’ Malaikat berkata kepadanya, ‘Katakanlah, ‘Insya Allah’. Tetapi Sulaiman tidak mengatakannya. Dia lupa. Dia berkeliling, tapi tidak ada istri yang melahirkan kecuali seorang istri yang melahirkan setengah manusia.” Nabi bersabda, “Seandainya Sulaiman berkata, ‘Insya Allah’ niscaya dia tidak mengingkari sumpahnya dan keinginannya lebih mungkin untuk tercapai.”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Kami berikan Sulaiman kepada Dawud.” (Shad: 30). (6/458 no. 3424).
Dalam Kitabul Jihad, bab mencari anak untuk jihad, 6/34 no. 2819, dalam Kitabun Nikah, bab ucapan seorang suami, ‘Aku akan berkeliling kepada istri-istriku.’ (9/239 no. 5242).
Dalam Kitabul Aiman wan Nudzur, bab bagaimana sumpah Nabi, 11/524, no. 6639.
Dalam Kitab Kaffaratul Aiman, bab pengecualian dalam sumpah, 11/602.
Dalam Kitabut Tauhid, bab keinginan dan kehendak, 13/446, no. 7469.
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabul Aiman bab pengecualian dalam sumpah, 3/1275, no. 1654. Hadis ini dalam Syarah Muslim An-Nawawi, 11/282.
Penjelasan Hadis
Sulaiman adalah salah seorang Nabiyullah yang shalih dan raja yang mujahid. Allah memberinya kerajaan yang besar. Allah menundukkan manusia, jin, burung, dan angin untuknya. Barang siapa membaca paparan Al-Qur’an tentang hidupnya, maka dia mengetahui bahwa Sulaiman gemar berjihad fi sabilillah, memperhatikan bala tentaranya, cermat meniliti mereka dan perlengkapan mereka. Dan jika perhatian seseorang tertuju pada suatu perkara, maka dia akan menghabiskan umurnya dalam rangka meraih sesuatu itu, mengembangkan, dan menegakkannya di antara manusia.
Sulaiman benar-benar menggemari jihad, memperhatikan dan menyiapkan pasukannya. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah, “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (An-Naml: 17). Perhatian Sulaiman terhadap kuda menyibukkannya dari perbuatan-perbuatan baik yang bisa jadi lebih afdhal (utama) daripadanya, “(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku …” (Shad: 31-32). Lihatlah bagaimana Sulaiman hendak meminta tanggung jawab salah satu bala tentaranya manakala dia melihat burung hud-hud tidak hadir, “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: ‘Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (An-Naml; 20-21).
Kegemaran Sulaiman terhadap jihad, menyiapkan peperangan dan menumbuhkan generasi yang gemar berperang dipaparkan oleh Rasulullah kepada kita, bahwa dia bersumpah untuk menggauli dalam satu malamnya sembilan puluh sembilan istrinya dengan harapan satu orang melahirkan seorang prajurit yang berperang di jalan Allah. Dalam riwayat yang lain, tujuh puluh istri. Dalam riwayat lain, sembilan puluh, dan dalam riwayat empat ratus.
Akan tetapi harapanya kandas. Dia tidak bisa mewujudkan sumpahnya. Dia hanya diberi setengah bayi. Rasulullah menjelaskan sebabnya, dia lupa mengucapkan ‘insya Allah’ walaupun malaikat telah mengingatkan hal itu kepadanya. Dan sepertinya Sulaiman sedang sibuk dengan urusan-urusannya sehingga membuatnya lalai mengucapkannya itu agar takdir Allah terlaksana padanya. Seandainya Sulaiman mengucapkan kalimat itu, niscaya sumpahnya terpenuhi dan keinginannya terwujud, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Setengah manusia yang dilahirkan oelh salah seorang istri Sulaiman bisa jadi yang dimaksud dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat.” (Shaad: 34).
Mungkin ada yang bertanya bagaimana Sulaiman bersumpah terhadap sesuatau yang akan terjadi pada masa mendatang? Padahal terjadinya hal semacam ini termasuk perkara di mana seorang hamba Allah yang shalih tidak semestinya memastikan. Jawabannya adalah bahwa ada sebagian hamba Allah yang shalih, jika mereka bersumpah, maka Allah mewujudkan sumpahnya dan memenuhi permintaanya. Sebagaimana dalam hadits shahih, “Sesungguhnya di antara hamba Allah terdapat orang-orang yang jika bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah memenuhinya.”
Tak diragukan Sulaiman mempunyai kedudukan di sisi Allah. “Dan Kami karuniakan kepada Dawud (seorang), Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Shad: 30). “Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.'” (An-Naml: 15).
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyatakan bahwa di antara para sahabat terdapat sahabat yang jika dia besumpah atas nama Allah , nisaya Allah akan memenuhinya. Di antara mereka adalah Barra’ bin Malik. Dan tentu saja Sulaiman lebih mulia kedudukannya daripada seorang sahabat.
Mungkin ada yang bertanya, “Darimana Sulaiman memiliki wanita dalam jumlah seperti itu?” Jawabannya adalah bahwa dalam syariat Musa, seorang laki-laki dibolehkan menikah tanpa dibatasi. Taurat menyebutkan bahwa istri Sulaiman mencapai tujuh ratus orang.
Hadis ini menunjukkan bahwa Sulaiman memiliki kemampuan besar dalam urusan istri; satu malam dia berkeliling kepada wanita dalam jumlah seperti di atas.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
- Keinginan orang shalih untuk mendapatkan anak shalih yang berjihad fi sabilillah, sebagaimana Sulaiman menginginkan anak dalam jumlah itu.
- Dalam syariat Taurat berpoligami adalah dianjurkan.
- Kemampuan Sulaiman menggauli istri-istri dalam jumlah sebanyak itu dalam satu malam, walalupun dia sibuk dengan urusan Negara dan umat.
- Hendaknya seorang yang hendak menggauli istrinya agar bermaksud mencari keturunan yang shalih sebagaimana yang dilakukan oleh Sulaiman
- Dibolehkan bagi seseorang untuk memberitakan sesuatu yang menurut dugaannya terjadi di masa yang akan datang, sebagaimana Sualiman memberitahu apa yang hendak dilakukannya yaitu menggauli istrinya dan anak-anak yang akan dirizkikan.
- Boleh bersumpah terhadap urusan di masa datang seperti yang dilakukan oleh Sulaiman.
- Sumpah boleh diniatkan tanpa dilafadzkan. Sulaiman tidak mengucapkan sumpahnya dan ia ditunjukan oleh lamul qasam (huruf lam yang menunjukkan makna sumpah).
- Seorang muslim harus menggantungkan sesuatu yang hendak dilakukannya dia tas kehendak Allah, dan dia berkata, “Aku akan melakukan ini insya Allah.”
- Di antara adab para Nabi adalah menggunakan bahwa kinayah (samar) dalam urusan di mana keterusterangan dianggap kurang baik. Sulaiman tidak berkata, “Akau akan menggauli atau menyetubuhi.” Tetapi dia berkata aku akan berkeliling.
- Jika seorang bersumpah untuk melakukan sesautu di masa mendatang, lalu dia berkata, ‘insya Allah,’ maka dia tidak ingkar dalam sumpahnya (jika tidak melakukannya). Jika tidak mengucapkannya maka dia ingkar.
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 173-178.