Hidayatullah.com–Ulama Madura yang tergabung di Badan Silaturrahmi Ulama dan Pesantren Madura (Basra) dalam waktu dekat akan mengeluarkan pernyataan tentang usaha rekonsiliasi atau islah, sekaligus menjelaskan usaha islah yang dilakukan kelompok tidak resmi yang menamakan dirinya sebagai Gerakan Perdamaian Rakyat (GPR).
“Prinsipnya ulama Madura menginkan islah (rekonsiliasi), yang penting adalah rekonsiliasi akidah, “ demikian pernyataan salah wakil Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA kepada hidayatullah.com, Kamis, (26/009/2013).
Menurut Ahmad Fauzi, pernyataan para ulama nanti sekaligus akan menjelaskan duduk persoalan adanya kelompok bernama
GPR yang mengklaim mengumpulkan inisiatif dari aktor-aktor warga Kampung Blu’uran, Karang Gayam dan Panden, tempat warga pengungsi Syiah berasal di Rusunawa Puspo Agro belum lama ini.
“Tidak ada rekonsiliasi yang terjadi pada Senin, 23/09/2013. Mereka yang datang bukanlah warga Blu’uran, Karang Gayam dan Panden, ini adalah rekayasa dan berusaha menipu publik,” ujar Ahmad Fauzi.
Ia juga sangat menyayangkan sikap kelompok GPR yang telah melakukan tindakan di luar koordinasi ulama Madura, yang selama ini sedang sangat hati-hati menyiapkan persoalan ini.
Menurutnya, usaha-usaha kelompok yang menamakan GPR adalah usaha rekayasa yang berusaha membohongi publik.
Meski demikian, para ulama Madura, menurut Ahmad Fauzi telah menyerahkan persoalan ini ke pihak berwajib.
“Jika dari hasil penyelidikan terdapat pelanggaran, kami akan mengajukan tuntutan hukum kepada mereka yang telah mencoba membohongi rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, ishlah yang diharapkan para ulama dan masyarakat adalah islah akidah yang harus melibatkan semua pihak. Dan itu menurutnya sangat tidak mudah. Karena itulah ulama Madura sangat berhati-hati.
Tanpa Ulama
Sebelumnya hari Senin 23 September 2013 sore, kaum Syiah di pengungsian Rusunawa Puspa Agro Sidoarjo mendapat kunjungan dari sejumlah warga Desa Karanggayam, Blu’uran, dan Panden Sampang, yang mengklai perwakilan Sunni (NU).
Kedatangan mereka dalam rangka mengajak islah (berdamai) dengan warga Syiah yang saat ini masih mengungsi. Menariknya, acara islah ini tidak disetai perwakilan ulama, pesantren, dan pemerintah.* [baca: “Islah” Setengah Hati, Tanpa Kiai tanpa MUI]