KIBLAT.NET, Jember – Satu orang terbunuh, dua masjid dirusak serta puluhan perahu dan rumah warga hancur akibat bentrokan antara warga dengan penganut syiah di Jember, Jawa Timur.
Bentrokan yang terjadi Rabu siang (11/09) ini, terjadi di Puger kulon, Kecamatan Puger, Jember menewaskan satu orang warga bernama Eko Mardiyanto.
Menurut penuturan Ustadz Agus Mudhofir dari MWC NU Puger, korban tewas sekira pukul 15.30 sore ini setelah dihantam batu hingga roboh oleh puluhan pemuda. Setelah roboh, korban dibacok hingga tewas.
“Saat itu, Eko sedang mencari pelaku pembakaran perahu milik Haji Atim yang dibakar,” ujar Ustadz Mudhofir kepada Kiblatnet melalui sambungan telepon, Rabu (11/09).
Ustadz Mudhofir menceritakan lebih lanjut bahwa bentrok di Puger bermula dari pendukung Habib Ali bin Umar Al-Habsyi yang menganut syiah ingin mengadakan kegiatan karnaval 17 Agustus di wilayah Puger.
Namun, pihak warga menyatakan keberatan atas kegiatan tersebut. Sebab, mayoritas warga Puger berpegang pada Fatwa MUI Jawa Timur dan Pergub Jatim yang melarang adanya kegiatan aliran syiah di wilayah Jawa Timur.
Rupanya, pihak pendukung Habib Ali tetap ngotot memaksakan kehendak mereka. Mengantisipasi hal ini, pihak kepolisian telah melakukan upaya pengamanan dengan membuat barikade agar karnaval dibatalkan.
Tak peduli dengan keinginan warga, acara karnaval tetap dilanjutkan oleh para penganut syiah itu sejak ba’da dzuhur. Bahkan, mereka menjebol barikade yang dibuat oleh polisi. Melihat situasi tersebut warga Puger tersulut emosinya hingga melakukan perlawanan.
Menurut pemantauan Ustadz Agus Mudhofir di lapangan, kericuhan telah pecah sejak pukul 14.00 siang tadi, puluhan perahu serta rumah warga dan dua masjid di wilayah itu menjadi sasaran kericuhan dua massa yang bentrok.
Hingga saat ini situasi di Puger masih memanas, terutama akibat jatuhnya korban di pihak warga.
“Suasananya masih mencekam, saat ini saya berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk meredam situasi,” ujar Ustadz Mudhofir.
Bentrokan antara pihak warga dengan penganut syiah sebelumnya pernah terjadi pada Mei 2012. “Namun, saat itu tingkat kerusuhan dan kerusakannya tidak separah saat ini,” tutur Ustadz Mudhofir.