Surah al-An’aam 2

Al Quran26

Ayat 19, yaitu firman Allah ta’ala,

“Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allah”. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quraan ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quraan (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?” Katakanlah: “Aku tidak mengakui.” Katakanlah: “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”. (al-An’aam: 19)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Sa’id atau ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, “An-Naham bin Zaid, Qardum bin Ka’ab, dan Bahri bin ‘Amr datang menemui Nabi saw. dan berkata, “Hai Muhammad, kamu tidak mengetahui ada Tuhan lain di samping Allah?!’

Beliau menjawab,

‘Tiada Tuhan selain Allah. Dengannya aku diutus, dan kepada-Nya aku berdakwah.”‘

Maka berkenaan dengan ucapan mereka itulah Allah menurunkan ayat,

“Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?”

Ayat 26, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quraan dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.(al-An’aam: 26)

Sebab Turunnya Ayat

Al-Hakim dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Ayat ini turun mengenai Abu Thalib, yang melarang kaum musyrikin menyakiti Rasulullah tapi dia sendiri menjauhi agama yang beliau bawa.” (108)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Hilal bahwa ayat ini turun tentang paman-paman Nabi saw.. Mereka berjumlah sepuluh orang, dan mereka adalah orang yang paling keras terhadap beliau di tempat ramai dan juga paling keras terhadap beliau di tempat sepi. (109)

Ayat 33, yaitu firman Allah ta’ala,

“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah .(al-An’aam: 33)

Sebab Turunnya Ayat

At-Tirmidzi dan al-Hakim meriwayatkan dari Ali bahwa Abu Jahal berkata kepada Nabi saw., “Sesungguhnya kami bukan mendustakan kamu, tapi kami mendustakan ajaran yang kamu bawa.” Maka Allah menurunkan firman-Nya,

“…karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah .

Ayat 52, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim) .” (al-An’aam: 52)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata, ‘”Ayat ini turun tentang enam orang: saya, Abdullah bin Mas’ud, dan empat orang yang berkata kepada Rasulullah, ‘Usirlah mereka, sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka.’ Maka dalam benak Nabi saw. timbul keinginan itu, sehingga Allah menurunkan, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya…,” hingga firman-Nya,

‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?”‘ (al-An’aam: 53)

Ahmad, ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, katanya, “Serombongan orang Quraisy berpapasan dengan Rasulullah yang sedang berbincang-bincang dengan Khabbab ibnul-Aratt, Shuhaib, Bilal, dan ‘Ammar. Mereka pun berseloroh, ‘Hai Muhammad, apakah engkau ridha kepada orang-orang ini? Apakah orang-orang semacam ini di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah? Kalau engau mengusir mereka, pasti kami akan mengikutimu.’ Maka Allah menurunkan ayat mengenai mereka,

“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat),...” (al-An’aam: 51)

Hingga firman-Nya

‘Jalan orang-orang yang berdosa.“‘ (al-An’aam: 55)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Ikrimah, katanya, “Utbah bin Rabii’ah, Syaibah bin Rabii’ah, Muth’im bin ‘Adi, al-Harits bin Naufal, serta para pemuka Bani Abdi Manaf yang kafir mendatangi Abu Thalib. Kata mereka, ‘Seandainya keponakanmu mengusir hamba sahaya itu, niscaya dia jadi semakin mulia di hati kami, dan pasti kami akan mengikutinya.’ Lalu Abu Thalib menyampaikan hal itu kepada Nabi saw., dan Umar ibnul-Khaththab pun berkata, ‘Kalau Anda melakukannya, Anda akan melihat apa yang sebetulnya mereka kehendaki.’ Maka Allah menurunkan ayat,

“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat),...” (al-An’aam: 51)

Hingga firman-Nya,

‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?”‘ (al-An’aam: 53)

[Kata ‘Ikrimah selanjutnya:] Mereka adalah Bilal, ‘Ammar bin Yasir, Salim (maula Abu Hudzaifah), Shabih (maula Usaid), Ibnu Mas’ud, al-Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah al-Hanzhali, dan lain-lain. Kemudian Umar meminta maaf atas ucapannya tersebut, sehingga turun ayat,

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu” (al-An’aam: 54)

Ibnu Jarir, Ibun Abi Hatim, dan lain-lain meriwayatkan dari Khabbab bahwa al-Aqra’ bin Habis dan ‘Uyainah bin Hashin datang. Mereka dapati Rasululalh sedang duduk bersama Shuhaib, Bilal, ‘Ammar, dan Khabbab serta orang-orang mukmin yang lemah. Melihat mereka mengililingi Nabi saw., kedua orang ini memandang rendah mereka. Lalu keduanya mendatangi beliau dan berbisik, “Kami ingin Anda sediakan waktu pertemuan khusus untuk kami, dengan begitu orang-orang Arab mengetahui keutamaan kami. Sebab, delegasi-delegasi Arab mendatangimu, dan kami merasa malu kalau orang-orang Arab melihat kami berkumpul bersama pra hamba sahaya ini. Jadi, kalau kami datang, tolong suruh mereka pergi. Kalau kami telah selesai, berkumpullah bersama mereka kalau engkau mau.” Beliau menjawab, “Baik.” Maka turunlah ayat, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari,..” Kemudian Dia menyebut al-Aqra’ dan kawannya dengan firman-Nya, “Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin),..”

Khabbab berkata, “Rasulullah ketika itu duduk bersama kami. Kalau beliau hendak pergi, beliau pun bangkit dan meninggalkan kami, sehingga turunlah firman-Nya,

‘Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya...”‘ (al-Kahfi: 28)

Ibnu Katsir berkata, “Ini hadits ghariib, sebab ayat ini Surah Makkiyah, sedangkan al-Aqra’ dan ‘Uyainah baru masuk Islam lama setelah Nabi saw. berhijrah.” (114)

Al-Faryaabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Maahaan bahwa beberapa orang mendatangi Nabi saw. lalu berkata, “Sungguh kami telah melakukan dosa-dosa besar!” Tapi beliau tidak menjawab apa-apa. Lalu Allah menurunkan firman-Nya,

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu” (al-An’aam: 54)

Ayat 65, yaitu firman Allah ta’ala,

“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. (al-An’aam: 65)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa ketika turun ayat, “Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan),…” Rasulullah bersabda,

“Janganlah kalain kembali kafir setelah aku mati, di mana kalian saling membunuh dengan pedang.

Para sahabat keheranan, “Padahal kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah rasul Allah?!” Lalu sebagian orang berkata, “Tidak mungkin kami saling berbunuhan padahal kita orang-orang Islam!” Maka turunlah ayat,

“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. (al-An’aam: 65)

Ayat 82, yaitu firman Allah ta’ala,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(al-An’aam: 82)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidullah bain Zuhar dari Bakr bin Sawaadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh seorang lagi, lalu ia kembali menyerang dan berhasil menewaskan seorang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “‘Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam?’ Rasululah menjawab, ‘Ya.’ Maka orang itu pun menyembelih kudanya, lalu bergabung dengan barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian ia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang itu.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik),...” (117)

Ayat 91, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quraan kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya .” (al-An’aam: 91)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa seorang pria Yahudi yang bernama Malik ibnush-Shaif datang lalu mendebat Nabi saw.. Maka Nabi bertanya kepadanya,

“Demi Tuhan yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, apakah kamu dapati di dalam Taurat bahwa Allah membenci pendeta yang gemuk?”

Kebetulan dia seorang pendeta yang gemuk, maka dia pun marah dan berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia!” Mendengar itu kawan-kawannya berteriak, “Celaka kamu! Apakah Allah juga tidak menurunkan sesuatu kepada Musa a.s?” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia…” Riwayat ini mursal.

Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Ikrimah.

Ada hadits lain yang telah disebutkan sebelumnya dalam surah an-Nisaa’.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yaudi berkata, “Demi Allah, Allah tidak menurunkan kitab apa pun dari langit.” Maka turunlah ayat ini. (118)

Ayat 93, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (al-An’aam: 93)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Ikrimah mengenai firman-Nya, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”,…”

Ia berkata, “Ayat ini turun tentang Musailamah, sedangkan ayat, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah…’ turun tentang Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Dia dahulu menulis surat kepada Nabi saw., berisi ungkapan ‘aziizun hakiim, lalu Nabi saw. membalas suratnya dan berisi ungkapan ghafuurun rahiim. Tatkala surat balasan itu dibacakan kepadanya, dia berkata, ‘Ya, sama saja!’ Maka dia pun keluar dai Islam dan bergabung dengan orang-orang kafir Quraisy.”

As-Suddi meriwayatkan hal senada dan ia menambahkan bahwa Abdullah ini berkata, “Kalau Muhammad diberi wahyu, aku pun diberi wahyu. Kalau Allah menurunkan wahyu kepadanya, aku pun menerima seperti apa yang diturunkan Allah itu. Muhammad berkata, “‘Samii’an ‘aliiman, aku pun berkata, ‘Aliiman hakiiman!'” (119)

Ayat 94, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (al-An’aam: 94)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir dan lain-lain meriwayatkan dari ‘Ikrimah bahwa an-Nadhr ibnul-Harits berkata, “Laata dan ‘Uzza akan memberi syafaat kepadaku.” Maka turunlah ayat ini,“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri…”

Hingga firman-Nya,

“…apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).

Ayat 108, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (al-An’aam: 108)

Sebab Turunnya Ayat

Abdurrazzaq berkata, ‘”Muammar memberi tahu kami bahwa Qataadah berkata, ‘Dahulu kaum muslimin memaki berhala-berhala kaum kafir sehingga kaum kafir tersebut memaki Allah. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah,…'” (121)

Ayat 109, yaitu firman Allah ta’ala,

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya mu’jizat-mu’jizat itu hanya berada di sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu’jizat datang mereka tidak akan beriman .” (al-An’aam: 109)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah berdialog dengan orang-orang Quraisy. Mereka berkata, ‘Hai Muhammad, kamu memberi tahu kami bahwa Musa punya sebatang ongkat yang dipakainya memukul batu, Isa dapat menghidupkan orang mati, dan kaum Tsamud punya unta. Maka, datangkanlah suatu mukjizat kepada kami agar kami beriman kepadamu.’ Rasulullah bertanya, ‘Mukjizat seperti apa yang kalian kehendaki?‘ Mereka menjawab, ‘Jadikan bukit Shafa emas!’ Rasulullah bertanya lagi, ‘Kalau aku melakukannya, apakah kalian akan beriman?” Mereka menjawab, “Ya, demi Allah! Maka Rasulullah pun berdoa, lalu Jibril datang dan berkata kepada beliau, ‘Kalau kamu mau, bukit itu akan berubah jadi emas. Tapi, kalau setelah itu mereka teteap tidak beriman, maka sungguh kami akan mengazab mereka. Tapi kalau kamu mau, biarkan mereka begitu hingga mereka bertobat.’ Kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surah al-An’aam ayt 109, ‘”Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,…’ hingga firman-Nya di ayat 111, ‘…Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran).'” (122)

106. Asmaa’ binti Yazzid berkata, “Surah al-An’aam turun kepada Nabi saw. secara keseluruhan tatkala saya memegangi tali unta beliau. Saking beratnya peristiwa turunnya surah ini sampai-sampai tulang-belulang unta itu hampir patah.”

Riwayat ini hasan, disebutkan oleh al-Haitsami (7/20) dalam Majma’uz Zawaa’id dan ia menisbatkannya kepada ath-Thabrani seraya memberi komentar, “Dalam sanadnya terdapat Syahr bin Hausyab, dan ia lemah tapi ada yang menyatakan tsiqah.”

Dalam al-Mustadrak (2/314), al-Hakim menyebutkan hadits yang ia nyatakan shahih: Abdullah bin Mas’ud meriwyatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Surah al-An’aam diturunkan dengan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat.”

Kata al-Qurthubi, “Menurut pendapat mayoritas ulama, surah ini Surah Makkiyah. Sedangkan Ibnu Abbas dan Qatadah berpendapat, surah ini seluruhnya SUrah Makkiyyah kecuali dua ayat yang turun di Madinah, yaitu firman-Nya (al-An’aam: 91) yang ruun berkenaan dengan dua orang Yahudi: Malik ibnush-Shaif dan Ka’ab ibnul-Asyraf, dan firman-Nya, (al-An’aam: 141) yang turun tentang Tsabit bin Qais bin Syammaas al-Anshaari.” Lihat: Tafsir al-Qurthubi (3/2468).

107. Al-Qurthubi menulis, “Sesungguhnya kaum musyrikin pernah bertanya kepada Nabi saw., ‘Siapa yang bersaksi untukmu bahwa engkau adalah rasul utusan Allah?’ Maka turunlah ayat ini (3/2485).”

Komentar saya, “Hadits yang diriwayatkan oleh as-Suyuthi di sini tidak sesuai dengan fakta bahwa surah ini Surah Makkiyyah. Silakan lihat apa yang disebutkan oleh al-Wahidi pada halaman 176, di mana ia menulis, ‘Al-Kalbi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang kafir Mekah mendatangi Rasulullah lalu berkata, ‘Hai Muhammad, kami tidak melihat seorang pun yang membenarkan urusan risalah (kerasulan) yang enkau klaim. Kami pun telah bertanya kepada kaum Yahudi dan Nasrani tentang dirimu, dan mereka menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak tahu-menahu. Maka dari itu, perlihatkan kepada kami siapa yang bersaksi bagimu bahwa kamu memang seorang rasul sebagaiman kamu klaim!”

Maka Allah menurunkan ayat ini.””

108. Al-Hakim (2/315) dan dinyatakan shahih. Juga Ibnu Jarir (7/110).

109. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/176) dan al-Qurthubi (3/2491-2492) menyebutkan kisah Abu Thalib dengan Abdullah ibnuz-Zaba’ri yang menyusun puisi pelecehan atas diri Rasulullah di mana Abu Thalib membela beliau.

110. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3230) dalam at-Tafsiir. Sementara itu Ibnu Katsir (2/178) menceritakan bahwa suatu hari Nabi saw. bertemu dengan Abu Jahal lalu mereka berjabat tangan. Seseorang yang melihatnya bertanya (kepada Abu Jahal), “Mengapa kamu berjabatan tangan dengan orang murtad ini?” Abu Jahal menjawab, “Demi Allah, aku tahu bahwa dia benar-benar seorang nabi, akan tetapi sejak kapan kami mau menjadi pengikut bani Abdi Manaf!?” Maka turunlah ayat ini. Al-Qurthubi juga menulis (3/2501), “Abu Maisarah mengatakan bahwa Rasulullah suatu ketika berpapasan dengan Abu Jahal dan kawan-kawannya, lalu mereka berkata, ‘Hai Muhammad, demi Allah, kami tidak mendustakan kamu. Dalam pandangan kami, kamu benar-benar orang yang jujur. Akan tetapi kami mendustakan ajaran yang kamu bawa.'”

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kawan-kawan Abu Jahal tersebut adalah al-Akhnas bin Syuraiq dan Abu Sufyan bin Harb. Ibnu Katsir menuturkan kisah yang panjang tentang kejadian itu. (2/179)

111. Hadits ini diperkuat oleh sebuah hadits dalam Shahih Muslim (2413) dalam Fadhaa’ilush Shahabah.

112. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir (10/268), dan riwayatnya lemah.

113. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/185) dan dinisbatkannya kepada Ibnu Jarir. Sementara dalam ad-Duurrul Mantsuur (3/13) as-Suyuthi menisbatkannya kepada Abu Hatim, Abusy Syaikh, dan ‘Abd bin Humaid.

114. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/185). Ia juga menyebutkan sebuah riwayat dari al-Hakim (3/319) dan dinyatakannya shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat ini Sa’ad berkata, “Ayat ini turun tentang enam orang sahabat Nabi saw., di antaranya Ibnu Mas’ud yang berkata, “Dahulu kami berlomba-lomba mendatangi Nabi saw., mendekat kepada beliau, dan menyimak sabdanya. Maka orang-orang Quraisy berkata, ‘Dia mendekatkan orang-orang ini dan menjauhkan kita.’ Maka turunlah ayat ini.'”

Disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi (3/2516) bahwa keenam orang itu adalah Sa’ad, Ibnu Mas’ud, seorang pria dari Bani Hudzail, Bilal, dan dua orang laki-laki yang tidak disebut namanya oleh Sa’ad r.a.. Hadits yang disebutkannya ini diriwayatkan dari jalur Muslim, dan kami telah mentakhrijnya.’

115. Disebutkan oleh al-Qurthubi (3/2520) dan dinisbatkannya kepada al-Fudhail bin ‘Iyaadh. Ia berkata, “Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu ‘anhum.”

Ia mengatakan pula bahwa ini turun tentang orang-orang yang Allah melarang Nabi saw. mengusir mereka. Dan beliau, apabila bertemu dengan mereka, lebih dulu mengucapkan salam, lalu bersabda, “Segala puji bagi Allah yang mengadakan di tengah umatku orang-orang yang aku diperintahkan-Nya untuk mendahului mereka mengucapkan salam.” Lihat pula Tafsir ath-Thabari (7/174).

116. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/196). Lihat pula al-Musnad karya Imam Ahmad (2/332) dan al-Mustadrak karya al-Hakim (4/430).

117. Disebutkan oleh as-Suyuthi (3/30) dalam ad-Durrul Mantsuur.

118. Ibnu Katsir berkata (2/212), “Ayat ini turun tentang orang Quraisy. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Ada pula yang berpendapat, ayat ini turun mengenai sekelompok orang Yahudi. Ada juga yang mengatakan, ayat ini turun tentang Fanhaash yang merupakan seorang dari kaum Yahudi. Juga ada yang berpendapat bahwa ia turun tentang Malik ibnush-Shaif. Pendapat pertama lebih kuat sebab ayat ini surah Makkiyyah, dan kaum Yahudi tidak mengingkari penurunan kitab dari langit, sementara suku Quraisy dan seluruh bangsa Arab waktu itu mengingkari diutusnya Muhammad sebgai rasul sebab dia manusia biasa. Ia (Ibnu Jarir) menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Mujahid, dan Abdullah bin Katsir. Lihat Tafsir ath-Thabari (7/176).” Al-Qurthubi (3/2560) berkata, “Firman-Nya (ayat 91) adalah ditujukan kepada kaum musyrikin, sedangkan (ayat 91) ditujukan kepada kaum Yahudi.”

119. Al-Qurthubi memmilih pendapat bahwa ia adalah Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh (3/2562) Sementara Ibnu Katsir memilih pendapat bahwa ia adalah Musailamah al-Kadzdzaab, dan ia menisbatkan pendapat ini kepda ‘Ikrimah dan Qatadah (2/214). Silakan lihat pula Tafsiir ath-Thabari (7/181).

120. Lihat Ibnu Jarir (7/189). Al-Qurthubi juga berpendapat demikian (3/2565).

121. Al-Qurthubi menulis (7/189) bahwa Ibnu Abbas berkta, “Orang-orang kafir Quraisy berkata kepada Abu Thalib, “‘Laranglah Muhammad dan sahabat-sahabatnya memaki Tuhan-tukan kita. Kalau tidak, kami akan memaki dan melecehkan Tuhann.ya.’ Maka turunlah ayat ini.” Ini disebutkan pula oleh Ibnu Katsir (2/222-223) dengan lafazh senada melalui beberapa riwayat yang hampir sama.

122. Disebutkan oleh ath-Thabrani (7/210), Ibnu Katsir (7/210), dan al-Qurthubi (3/2584), serta al-Wahidi (hlm. 183). Hadits ini mursal.

Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 229-242.

Baca Juga