Ayat 31-32, yaitu firman Allah ta’ala,
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat .” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (al-A’raaf: 31-32)
Sebab Turunnya Ayat
Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa pada masa jahiliah, seorang wanita berthawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang, hanya kemaluannya yang ditutupi dengan secarik kain. Sambil berthawaf ia bersyair,
“Hari ini sebagian atau seluruhnya kelihatan, dan bagian yang kelihatan tidak aku halalkan.”
Maka turunlah ayat, “…Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,…
Dan turun pula ayat, “Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah…” (130)
Ayat 184, yaitu firman Allah ta’ala,
“Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.” (al-A’raaf: 184)
Sebab Turunnya Ayat
Ibun Abi Hatim dan Abusy Syaikh meriwayatkan dari Qatadah, katanya, “Dikisahkan kepada kami bahwa Nabi saw. berdiri di atas bukit Shafa lalu menyeru orang-orang Quraisy. Beliau menyeru setiap marga, ‘Hai Bani Fulan, hai Bani Fulan…,’ memperingatkan mereka terhadap azab dan siksa Allah. Seseorang dari mereka berkata, “Sungguh orang ini telah gila, memanggil-manggil keluarganya dari malam hingga pagi.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,
“Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.” (131)
Ayat 187, yaitu firman Allah ta’ala,
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (al-A’raaf: 187)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Hamal bin Abi Qusyair dan Samuel bin Zaid berkata kepada Rasulullah, “Beri tahu kami kapan akan terjadi kiamat kalau engkau benar seorang nabi sebagaimana kamu klaim, sebab kami tahu kapan terjadinya!” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat…” (132)
Ia juga meriwayatkan dari Qataadah, ia berkata, “Orang-orang Quraisy mengatakan… (lalu ia menyebutkan riwayat yang senada).”
Ayat 204, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat .” (al-A’raaf: 204)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan lain-lain meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ayat, “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang…,” turun tentang meninggikan suara dalam shalat di belakang Nabi saw.. (133)
Ia juga meriwayatkan darinya bahwa dahulu mereka berbicara pada waktu shalat sehingga turun ayat, “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang…,” (134)
Ia meriwayatkan hal senada dari Abdullah bin Mughaffal.
Ibnu Jarir meriwayatkan hal serupa dari Ibnu Mas’ud.
Dan ia meriwayatkan dari az-Zuhri, ia berkata, “Ayat ini turun tentang seorang pemuda Anshar, yang membaca setiap ayat yang dibaca oleh Rasulullah.” (135)
Sa’id bin Manshur mengatakan di dalam Sunan-nya, “Abu Ma’syar bercerita kepada kami bahwa Muhammad bin Ka’ab berkata, ‘Dahulu mereka berebutan mengambil dari Rasulullah. Apabila beliau membaca suatu ayat, mereka ikut-ikutan membacanya, hingga turun ayat ini yang terdapat dalam surah al-A’raaf, “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang…,”
Saya berkata, “Itu menunjukkan bahwa ayat ini surah Madaniyyah.” (136)
129. Kata al-Qurthubi (3/2679), “Surah ini surah Makkiyyah kecuali delapan ayat, yaitu dari firman-Nya, (wa idz nataqnaa) hingga firman-Nya, (was’alhum anil qoryati). An-Nasa’i meriwaytkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah membaca surah al-A’raaf dalam shalat Maghrib, dan membaginya dalam dua rakaat.” Komentar saya: hadits ini shahih. Lihat an-Nasa’i (2/170)
130. Shahih Muslim (3028) dalam at-Tafsiir. Al-Qurthubi menulis (3/2707), “Al-Qadhi ‘Iyaadh berkata, ‘Wanita ini adalah Dhubaa’ah binti ‘Amir bin Qurth. Dahulu orang-orang Arab biasanya berthawaf dalam keadaan telanjang, kecuali kalangan al-Humus. Al-Humus adalah Quraisy dan keturunannya. Orang-orang biasanya berthawaf dengan telanjang, kecuali kalau al-Humus memberi mereka baju sehingga yang lelaki membantu menutupi tubuh yang lelaki sedangkan yang wanita membantu menutupi tubuh wanita.'” Ibnu Katsir (4/2857) berkata, “Al-Qurthubi menyebutkan riwayat dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa Ibnu Abbas mengatakan, “Dahulu orang-orang Arab berthawaf dalam keadaan telanjang, baik lelaki maupun wanita; lelaki di siang hari sedangkan wanita di malam hari.'”
131. Lihat catatan kaki sebelumnya.
132. Al-Qurthubi menulis (4/2862), “Orang-orang Yahudi pernah berkata kepada Nabi saw., ‘Kalau kamu benar seorang nabi, beri tahu kami kapan kiamat akan terjadi!’ Ada pula riwayat bahwa kaum musyrikin yang mengatakan demikian karena terlalu ingkarnya mereka.”
Ibnu Katsir menulis (2/359), “Ayat ini turun tentang Quraisy. Ada yang berpendapat, ayat ini turun tentang sejumlah orang Yahudi. Pendapat pertama lebih kuat sebab ayat ini Surah Makkiyyah, dan dahulu mereka bertanya tentang waktu terjadinya kiamat karena menganggap ia tidak mungkin terjadi, mereka tidak mengakui kejadiannya.”
133. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/371-372).
134. Ibid. Al-Qurthubi (4/2879) juga menyebutkan kedua riwayat ini. Ia menulis, “Sa’id ibnul-Musayyab mengatakan bahwa orang-orang musyrik mendatangi Rasulullah apabila beliau shalat, lalu mereka berkata satu sama lain, ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya.’ Maka turunlah ayat ini.” Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun tentang khotbah (Jumat). Pendapat ini lemah.
135. Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir (1/372). Lihat pula Musnad Ahmad (2/301).
136. Lihat Sa’id bin Manshur dalam as-Sunan (5/181). Lihat pula al-Wahidi (hlm. 189). Al-Qurthubi (4/2881) mengatakan bahwa seseorang datang ketika orang-orang sedang shalat, lalu ia bertanya kepada mereka, “Berapa rakaat yang telah kalian tunaikan? Berapa sisanya?” Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, “Apabila Rasulullah membaca suatu surah dalam shalat, orang yang dibelakangnya meniru bacaannya. Bila beliau mengucapkan sesuatu, mereka pun mengucapkan seperti ucapan beliau, hingga beliau menyelesaikan bacaan al-Faathihah dan surah. Keadaan begini terus berlangsung selama beberapa waktu hingga turun ayat ini.”
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 246-249.