Begini Cara Iran Bantu Rezim Assad yang Terus Bunuhi Muslimin Suriah

Iran Suriah

Hidayatullah.com–Beberapa bulan terakhir ini, Iran telah secara signifikan memberikan dukungan militer terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Dan bersama Rusia, Iran berusaha memperkuat posisinya sebagai penghubung pemerintah dalam memperkuat posisi Bashar dalam perang ini. Demikian dikatakan sejumlah diplomat Barat.

Senjata-senjata dari Iran terus masuk ke Suriah melalui Iraq dan sekarang dikabarkan ditambah dari rute lainnya, yaitu Turki dan Libanon. Penyelundupan ini melanggar embargo senjata PBB atas Iran. Namun beberapa petinggi Irak dan Turki membantah keterlibatan negara mereka. Demikian dikutip Sahabat Suriah dari Reuters.

Dukungan Iran terhadap Assad menunjukkan, perang Suriah memasuki fase baru dimana Iran mencoba mengakhiri pertempuran dengan menggandakan bantuannya dan membuat pemerintah Suriah semakin terisolasi. Senjata-senjata Iran juga dipakai oleh kelompok militan Syiah, Hizbullah. Kelompok ini menjadi semakin aktif di Suriah bawah dukungan pasukan Assad.

Konflik Suriah dimulai dua tahun lalu yang merupakan bentuk perlawanan rakyat terhadap penindasan rezim otoriter Assad. Sebanyak 70.000 orang terbunuh dalam konflik ini dan lebih dari satu juta orang mengungsi dari Suriah. Iran menggunakan pesawat-pesawat sipil (komersial) untuk menerbangkan awak militernya dan membawa sejumlah besar persenjataan melewati wilayah udara Iraq demi membantu Assad.

Iraq menolak laporan tersebut tapi kemudian Iraq memeriksa semua penerbangan dari Iran. Menurut para diplomat, sebagian besar persenjataan saat ini dikirim ke Suriah. Penyelundupan senjata dari Iran terus dilanjutkan melalui wilayah udara dan jalur darat Irak. Baghdad berulang kali berjanji menghentikan pasokan senjata dari Iran ke Assad yang melanggar embargo senjata PBB atas Teheran terkait program nuklirnya.
Seorang anggota Syabihah alias “pasukan hantu” pendukung fanatik Bashar Al-Assad sedang tunjukkan otot. foto: Business Insider

Seorang anggota Syabihah alias “pasukan hantu” pendukung fanatik Bashar Al-Assad sedang tunjukkan otot. foto: Business Insider

“Iran benar-benar menyokong rezim Assad ini,” ujar seorang diplomat senior Barat pekan ini. “Mereka meningkatkan dukungan terhadap Suriah selama tiga sampai empat bulan terakhir ini melalui wilayah udara Iraq dan sekarang senjata-senjata juga dibawa memakai truk. Iraq terus berusaha mencari jalan lain,” sambungnya.

Ia juga menuturkan bahwa Iran memainkan peran penting dalam konflik Suriah, begitu juga terhadap Hizbullah. Saat ini, lanjutnya, perang sipil Suriah berubah menjadi konflik agama dimana kelompok Sunni melawan Syiah dan anggota sekte ‘Alawiyah Assad (cabang dari Syiah).

Penasihat media Perdana Menteri Irak, Ali al-Moussawi menolak kuat tuduhan keterlibatan Iraq atas konflik Suriah. Ia mengatakan, “Tidak ada dan tidak akan pernah ada pengiriman senjata dari Iran ke Suriah melalui Irak, baik itu melalui jalan darat atau pun udara.”

Para diplomat melanjutkan, Rusia juga merupakan pemasok utama senjata untuk Assad. Bedanya dengan Iran, baik Suriah maupun Rusia tidak dilarang PBB untuk memperdagangkan senjata. Namun menerima senjata dari Iran akan menjadi pelanggaran atas sanksi PBB terhadap Iran.

Rusia sendiri mengkritik pemerintah Amerika, Eropa dan Teluk Arab karena membantu para pemberontak Suriah yang ingin menggulingkan Assad. Rusia sudah mengatakan berulang kali bahwa dukungan militernya terhadap Suriah, termasuk sistem pertahanan anti misil udara dan tidak ada senjata-senjata penyerang, seperti helikopter.

Pasokan Senjata Lewat Turki dan Libanon?

Juru bicara misi Iran untuk PBB, Alireza Miryousefi mengatakan, “Kami yakin Suriah tidak membutuhkan bantuan militer apa pun dari Iran. Sayangnya kondisi di Suriah dan seluruh negara Timur Tengah saat ini menjadi semakin berisiko karena campur tangan asing dan pemberian senjata kepada kelompok-kelompok ekstrimis.” Ia juga mengatakan bahwa Teheran ingin mengakhiri konflik antara pemerintah dan pihak oposisi melalui dialog.

Duta besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja’afari belum memberikan komentarnya. Para diplomat yang dikutip oleh Reuters menjelaskan rute utama pengiriman senjata ke Suriah masih melewati Iraq, meski ada jalur alternatif lewat wilayah udara Turki.

Para diplomat juga mengatakan dua maskapai Iran, yaitu Iran Air dan Mahan Air dikenal sebagai pelanggar embargo senjata Iran. Kedua maskapai ini disebut dalam laporan intelijen bulan September terkait penyelundupan senjata ke Suriah dari Iran. Departemen Keuangan Amerika pun telah memasukkan kedua maskapai ini dan Yas Air ke dalam daftar hitam karena keterlibatannya pada Korps Penjaga Revolusi Iran.

Peralatan-peralatan yang dikirim memakai maskapai Iran Air dan Mahan Air mulai dari peralatan komunikasi, senjata sederhana sampai senjata canggih. Beberapa dari senjata itu sering dipakai untuk meluluhlantahkan rakyat Suriah oleh Hizbullah dan rezim Suriah. Peralatan itu termasuk juga suku cadang untuk berbagai perangkat keras, seperti pesawat tak berawak, (UAV) dan rudal balistik (SSMs).

Ada sekitar lima ton senjata yang diangkut dan disembunyikan setiap kali penerbangan. Pengiriman ini dilakukan hampir setiap minggu. Senjata yang diangkut ini dipindahkan terpisah setelah kargo-kargo sipil dibongkar.

Di masa lalu, Turki sudah mencegat penyelundupan senjata dari Iran dan melaporkannya kepada komite sanksi dewan keamanan PBB. Turki juga secara agresif berusaha membasmi penyelundupan senjata dari Iran yang dikirim melalui wilayah udaranya. Ini membuat Iran mulai menggunakan wilayah udara Irak.

Duta besar Libanon untuk PBB, Nawaf Salam menolak berkomentar terkait isu ini. Seorang pejabat di bandara Beirut yang menolak disebutkan namanya juga membantah tuduhan keterlibatan Libanon atas penyelundupan senjata dari Iran ke Suriah melalui bandara Beirut. Libanon sendiri memiliki hubungan yang rumit dengan negara tetangganya, Suriah. Populasinya terpecah selama konflik Suriah ini. Sekjen PBB, Ban Ki-moon pekan lalu mendesak Libanon yang menjadi tempat mengungsi ribuan rakyat Palestina agar tetap netral.*