Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala,
“Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (an-Nahl: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Ketika turun ayat, “Telah pasti datangnya ketetapan Allah,…” para sahabat Rasulullah merasa ketakutan, hingga turun, “…maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya…” sehingga mereka pun diam. (268)
Abdullah bin Imam Ahmad (dalam Zawaa’iduz Zuhd), Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Hafs, katanya, ketika turun “Ketika turun ayat, “Telah pasti datangnya ketetapan Allah,…” mereka serentak bangkit berdiri, maka turunlah, “…maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya…” (269)
Ayat 38, yaitu firman Allah ta’ala,
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,” (an-Nahl: 38)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abul Aliyah bahwa dahulu ada salah seorang muslim yang memberi utang kepada seorang musyrik, lalu ia datang meminta pelunasan. Di antara yang ia katakan adalah, “Dan yang aku harap setelah mati adalah begini dan begitu.” Si musyrik pun menyahut, “Kamu menyangka bahwa kamu akan dibangkitkan setelah mati?!” Lalu ia bersumpah dengan sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati!” Maka turunlah ayat ini. (270)
Ayat 41, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,” (an-Nahl: 41)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Daud bin Abi Hind, katanya, Ayat, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,…” hingga firman-Nya, “…dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (an-Nahl: 42) turun tentang Abu Jandal bin Suhail.” (271)
Ayat 75, yaitu firman Allah ta’ala,
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui .” (an-Nahl: 75)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya,
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui .” (an-Nahl: 75)
Katanya, “Ayat ini turun tentang seorang laki-laki dari suku Quraisy dan budaknya.” Tentang firman-Nya, “…dua orang laki-laki, yang seorang bisu,…” (an-Nahl: 76)
Ia berkata, “Ayat ini turun tentang Utsman bin Affan dengan seorang bekas budaknya yang membenci Islam serta melarangnya bersedekah dan berbuat kebajikan. Maka, turunlah ayat ini tentang keduanya.” (272)
Ayat 83, yaitu firman Allah ta’ala,
“Mereka mengetahui ni’mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (an-Nahl: 83)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi saw. dan meminta suatu pemberian kepada beliau. Nabi saw. lalu membacakan kepadanya firman-Nya,
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal...” (an-Nahl: 80)
Si Badui berkata, “Ya.” Lalu beliau membacakan,
“…dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim...” (an-Nahl: 80)
Si badui kembali berkata, “Ya.” Kemudian beliau meneruskan bacaannya, dan si Badui berkata pula, “Ya.” Hingga bacaan beliau sampai pada,
“Demikianlah Allah menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (an-Nahl: 81)
Maka si Badui melengos dan pergi. Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
“Mereka mengetahui ni’mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (an-Nahl: 83)
Ayat 91, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (an-Nahl: 91)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Buraidah, katanya, “Ayat ini turun tentang baiat Nabi saw..” (274)
267. Ibnu Katsir berpendapat bahwa surah ini surah Makkiyyah. Dan al-Qurthubi mengatakan (5/3789), “Ia surah Makkiyyah seluruhnya. Ia disebut juga dengan surah an-Ni’am karena di dalamnya disebut-sebut tentang nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah kepada hamba-hamba-Nya… Ibnu Abbas berkata, ‘Ia Surah Makkiyyah kecuali tiga ayat yang turun di Madinah setelah terbunuhnya Hamzah, yaitu firman-Nya,’ [an-Nahl: 95] hingga firman-Nya, [an-Nahl: 96].'”
268. Disebutkan oleh al-Qurthubi (5/3790) seraya menambahkan bahwa Nabi saw. bersabda setelah itu, “Aku diutus ketika jarak antara aku dan kiamat seperti ini.” Beliau bersabda demikian sambil memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. Beliau bersabda pula, “Kiamat hampir-hampir mendahuluiku, tapi akau yang mendahuluinya.” Kata al-Qurthubi pula, “Ketika turun [al-Qamar: 1], orang-orang kafir berkata, ‘Orang ini mengatakan bahwa kiamat sudah dekat. Maka, hentikanlah sebagian perbuatan yang dulu kalian lakukan!’ Mereka pun berhenti dan menunggu. Tapi ketika tidak terjadi apa-apa, mereka pun berkata, ‘Kita tidak melihat kejadian apa-apa!’ Maka turunlah ayat, ‘[al-Anbiyaa’: 1] sehingga mereka pun gentar dan menunggu-nunggu dekatnya kiamat. Hari demi hari berlalu tanpa terjadi sesuatu, maka mereka pun berkata, ‘Kami tidak melihat kejadian apa pun!’ Maka turunlah ayat, ‘[an-Nahl: 1].” Kata al-Qurthubi, “Ayat ini merupakan jawaban atas perkataan an-Nadh ibnul-Harits, “‘Ya Allah, jika benar ini dari-Mu…’, di mana dia meminta segera datangnya azab.”
269. Lihat ad-Durrul Mantsuur (4/1230s, dan ini lemah.
270. Disebutkan oleh Ibnu Jarir (14/73) dari Abul ‘Aliyah. Dan disebutkan pula oleh al-Qurthubi (5/3830).
271. Ibnu Katsir mengatakan (2/743), “Ada kemungkinan sebab turunnya adalah tentang kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah, yaitu orang-orang yang mendapat gangguan keras dari kaum mereka di Mekah hingga mereka pergi ke Habasyah agar dapat beribadah kepada Tuhan mereka. Di antara pemimpin mereka adalah Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah, Abu Salamah bin Abdul Asad, dan Ja’far bin Abi Thalib sepupu Rasulullah. Mereka berangkat dalam jumlah delapan puluh orang lelaki dan wanita.” Kata al-Qurthubi (5/3831), “Ayat ini turun tentang Shuhaib, Khabbab, Bilal, dan Ammar, yang disiksa penduduk Mekah hingga mereka terpaksa mengatakan apa yang dikehendaki kaum kafir. Setelah dilepaskan, mereka pun berhijrah ke Madinah. Hal ini juga disebutkan oleh al-Wahidi dalam Asbaabun Nuzul (hlm. 234).”
272. Disebutkan oleh al-Qurthubi (5/3875) dalam ayat 76,. Katanya, “Ia adalah perumpamaan bagi Abu Bakar ash-Shiddiq dan seorang bekas budaknya yang kafir. Ada yang berpendapat, ia perumpamaan bagi Abu Jahal dan ‘Ammar bin Yasir al-‘Ansi yang disiksa Abu Jahal. Dikatakan pula bahwa ia adalah perumpamaan bagi Hisyam bin ‘Amr ibnul-Harits, seorang kafir yang sedikit kebaikannya adan selalu memusuhi Nabi saw..” Ibnu Katsir menyetujui as-Suyuthi (5/754).
273. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/756).
274. Ibnu Katsir berakata (2/760), “Baiat ini adalah yang kalian ikrarkan untuk masuk Islam.” Al-Qurthubi (5/3895) menambahkan sebab lain. Katanya, “Ayat ini turun tentang komitmen terhadap sumpah yang dipegang pada masa jahiliah dan Islam mengajarkan untuk menepatinya. Hal ini ia nisbatkan kepada Qatadah, Mujahid, dan Ibnu Zaid.”
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 328 – 332.