Ayat 64, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.” (Maryam: 64)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah beranya kepada Jibril, “Mengapa engkau tidak mengunjungi kami lebh sering?” Maka turunlah ayat, “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” (331)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa Jibril tidak datang-datang selama empat puluh hari…kemudian ia menyebutkan kisah serupa. (332)
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw. bertanya kepada Jibril, “Daerah mana yang paling dicintai Allah dan daerah mana yang paling dibenci-Nya?” Jibril menjawab, “Aku tidak tahu kalau tidak bertanya.” Lalu Jibril turun lagi, tapi turunnya kali ini agak lambat.” Maka Rasulullah berkata, “Kamu lambat datang kepadaku sampai-sampai aku mengira Dia marah kepadaku.” Lalu Jibril berucap, “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu.” (333)
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika orang-orang Quraisy bertanya tentang Ashabul Kahfi, Rasulullah selama lima belas hari menunggu tapi Allah tidak menurunkan wahyu sama sekali. Maka ketika Jibril datang, beliau berkata kepadanya, “Lama sekali engkau baru datang!” Lalu ia menyebutkan kisah di atas. (334)
Ayat 77, yaitu firman Allah ta’ala,
“Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: “Pasti aku akan diberi harta dan anak”.” (Maryam: 77)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bukhari dan Muslim serta yang lain meriwayatkan dari Khabbab ibul-Aratt, dia berkata, “Aku datang menemui al-‘Ash bin Wa’il as-Sahmi untuk menagih utang, tapi dia berkata, ‘Aku tidak akan membayar kecuali jika kamu kafir kepada Muhammad.’ Aku menjawab, ‘Tidak, hingga kamu mati lalu kamu dibangkitkan.’ Al-‘Ash berkata, “Apa benar kau akan mati lalu dibangkitkan?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Dia berkata, ‘Di sana aku punya harta dan anak. Aku akan lunasi utang itu (di akhirat).’ Maka turunlah ayat, “Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: “Pasti aku akan diberi harta dan anak”.”
Ayat 96, yaitu firman Allah ta’ala,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa ketika ia berhijrah ke Madinah, ia merasa berat hati berpisah dari sahabat-sabatnya di Mekah: antara lain Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, dan Umayyah bin Khalaf. Maka Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” Wuddan artinya: cinta kasih dalam hati kaum mukminin. (336)
330. Ia surah Makkiyyah, kecuali ayat 58 dan 71 yang merupakan ayat Madaniyyah. Muhammad bin Ishaq dalam as-Siirah meriwayatkan dari hadits Ummu Salamah, dan Ahmad bin Hambal dari Ibnu Mas’ud dalam kisah hijrah ke negeri Habasyah dari Mekah bahwa Ja’far bin Abi Thalib membaca bagian awal surah ini di depan Najasyi dan para bawahannya. Lihat Ibnu Katsir (3/158) dan al-Qurthubi (6/4243).
331. Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (4731) dalam at-Tafsiir dan (3218) dalam Bad’ul Khalq.
332. Shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (4167) dan Ahmad (1/231).
333. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (3/185) dari beberapa jalur dari Mujahid, Abu Hatim, dan lain-lain. Dalam riwayat ‘Ikrimah, Rasulullah berkata kepada Jibril, “Mengapa kamu tidak turun-turun sampai aku rindu kepadamu?” Maka Jibril berekata, “Sebetulnya aku bahkan lebih rindu kepadamu, akan tetapi aku hanya pesuruh.” Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, Jibril berkata, “Bagaimana kami mendatangi kalian kalau kalian tidak memotong kuku kalian, tidak bersiwak, tidak membersihkan ruas jari kalian, dan tidak mencukur kumis kalian?!”
334. Telah ditakhrij dalam ayat 23 dan 24 surah al-Kahfi.
335. Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (2091) dalam al-Buyuu’ dan Muslim (2795) dalam al-Qiyaamah dan dalam Shifaatul Munaafiqiin. Di sana disebutkan bahwa Khabbab adalah seorang tukang besi. Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya (3/192).
336. Kata Ibnu Katsir (3/199), “Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah atsar bahwa ayat ini turun tentang hijrahnya Abdurrahman bin Auf, dan ini keliru, sebab suriah ini seluruhnya surah Makkiyyah, tidak satu pun ayatnya yang turun setelah hijrah, dan sanadnya tidak shahih. Wallahu a’lam.” Kata al-Qurthubi (6/4332-4333), “Ayat ini turun tentang Ali r.a.. Ada yang berpendapat, turun tentang Abdurrahman bin Auf.” Telah kami terangkan kekeliruan pendapat (terakhir) ini melalui perkataan Ibnu Katsir di atas.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 365 – 367.