
Ayat 27, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya , seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.” (al-Furqaan: 27)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ubai bin Khalaf dahulu mengikuti majelis Nabi saw., tapi ia dihardik oleh Uqbah bin Abi Mu’ith. Maka turunlah ayat, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya,…” hingga firman-Nya ayat 29,“Dan setan memang pengkhianat manusia.”
Ia meriwayatkan hal senada dari asy-Sya’bi dan Maqsim. (417)
Ayat 32, yaitu firman Allah ta’ala,
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”. demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (al-Furqaan: 32)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim, al-Hakim (sambil menyatakan shahih), dan adh-Dhiya’ dalam al-Mukhtaarah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang musyrik berkata, “Kalau Muhammad memang seorang nabi sebagaimana ia klaim, mengapa ia disiksa oleh Tuhannya? Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus? Mengapa hanya turun satu dua ayat kepadanya?” Maka Allah menurunkan ayat, “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” (418)
Ayat 68, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (al-Furqaan: 68)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Aku pernah bertanya kepda Rasulullah, ‘Dosa apa yang paling besar?’ Beliau menjawab, ‘Mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu!’ Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Membunuh anak karena khawatir dia akan makan bersamamu.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ Jawab beliau, ‘Berzina dengan istri tetangga.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai pembenaran atas sabda beliau, ‘Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.'” (419)
Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sejumlah orang musyrik telah banyak melakukan pembunuhan, telah banyak melakukan zina, lalu mereka mendatangi Nabi Muhammad saw. dan berkata, “Apa yang kamu katakan dan kamu dakwahkan adalah bagus seandainya kamu beri tahu kami bahwa perbuatan kami dahulu bisa terhapus.” Maka turunlah ayat, “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,” hingga firman-Nya ayat 70, “Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Juga turn ayat, “Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas…'” (az-Zumar: 53) (420)
Ayat 70, yaitu firman Allah ta’ala,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Furqaan: 70)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bukhari dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat dalam surah al-Furqaan ayat 68, “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,” orang-orang musyrik Mekah berkata, “Kami telah membunuh tanpa hak, menyembah Tuhan lain di samping menyembah Allah, dan melakukan perbuatan keji (zina).” Maka turunlah ayat, “Kecuali orangi-orang yang bertaubat…” (421)
416. Al-Wahidi (hlm. 278-279). Sanadnya lemah karena Juwaibir tidak pernah berjumpa adh-Dhahhak. Lihat ad-Durrul Mantsuur (5/63) dan al-Qurthubi (6/4875).
417. Kata Ibnu Katsir (4/16), “Ayat ini turun tentang Uqbah bin Abi Mu’ith.” Kata al-Qurthubi (7/4901), “Uqbah merupakan sahabat kental Umayyah bin Khalaf al-Jamhi. Suatu ketika ia mengadakan walimah dan ia undang orang-orang Quraisy, juga ia undang Rasulullah, tapi beliau tidak mau datang kecuali jika ia masuk Islam. Uqbah tidak ingin ada satu pun pemuka Quraisy yang tidak menghadiri undangannya, maka dia pun masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Maka Rasulullah datang dan memakan hidangannya. Lalu Umayyah bin Khalaf, yang waktu itu tidak di tempat, mencacinya. Uqbah menjawab, ‘Kulihat salah besar kalau seorang dari pemuka Quraisy tidak menghadiri undangan makanku!’ Umayyah berkata padanya, ‘Aku tidak rela sebelum kamu kembali dan meludahi wajahnya, menginjak lehernya, dan mengatakan begini dan begitu!” Musuh Allah ini pun melakukan apa yang disuruh oleh temannya. Maka Allah menurunkan ayat 27. Kata adh-Dhahhak, ‘Ketika Uqbah meludahi wajah Rasulullah, ludahnya melayang kembali ke wajahnya sendiri serta memanggang wajah dan bibirnya hingga meninggalkan bekas di wajahnya dan membakar pipinya. Bekasnya masih terus terlihat di wajahnya sampai ia terbunuh.”‘
418. Hadits ini disebutkan oleh al-Qurthubi (7/4904), “Dalam riwayat kedua dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa yang berkata demikian adalah kaum Yahudi ketika mereka melihat Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur. Kata mereka, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya sekaligus seperti diturunkannya Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa, dan Zabur kepda Dawud?'” Lihat adh-Dhiyaa’ dalam al-Mukhtaarah (10/119).
419. Shahih, muttafaq ‘alaih. Al-Bukhari (6811) dalam al-Huduud dan Muslim (86) dalam al-Iimaan.
420. Shahih, muttafaq ‘alaih. Al-Bukhari (4810) dalam at-Tafsiir dan Muslim (122) dalam al-Iimaan. Ibnu Katsir menyebutkan riwayat kedua dan menisbatkannya kepada Ibnu Juraij dari Sa’id ibnuz-Zubair dari Ibnu Abbas. Sementara al-Qurthubi (7/4953) menyebutkan riwayat yang sama dari Shahih Muslim.
421. Shahih. Al-Bukhari (3855) dalam al-Manaaqib dan Muslim (3023) dalam at-Tafsiir. Ibnu Katsir (4/31) berkata, “Yang dimaksud adalah kaum mukminin, yang sebelum beriman melakukan perbuatan-perbuatan jahat, maka Allah memberi stimulus kepada mereka untuk menjauhi hal itu dan mengalihkan mereka kepada perbuatan-perbuatan baik. Dia menggantikan keburukan dengan kebaikan.” Ia menisbatkannya kepada Ibnu Abbas.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 415 – 418.