Ayat 36, yaitu firman Allah ta’ala,
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (az-Zumar: 36)
Sebab Turunnya Ayat
Abdurrazaq meriwayatkan dari Muammar yang berkata, “Seorang laki-laki berkata pada saya, “‘Mereka (orang-orang kafir) berkata kepada Nabi saw., “Engkau harus berhenti menghina Tuhan-tuhan kami atau kalau tidak kami sungguh akan memohon kepada mereka sehingga mereka akan membinasakanmu.’ Sebagai responsnya, turunlah ayat, ‘…Mereka menakut-nakutimu dengan sesembahan yang selain Dia…'”
Ayat 45, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (az-Zumar: 45)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat ini turun berkenaan dengan tindakan Nabi saw. membaca surah an-Najm di depan Ka’bah dan kegembiraan orang-orang kafir Quraisy mendengar nama Tuhan-tuhan mereka ikut disebut.
Ayat 53, yaitu firman Allah ta’ala,
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53)
Sebab Turunnya Ayat
Tentang sebab turunnya ayat ini antara lain telah disinggung dalam riwayat dari Imam Bukhari dan Muslim pada surah al-Furqaan. (478)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang musyrik dari penduduk Mekah.”
Imam al-Hakim dan ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Umar yang berkata, “Pada awalnya kami berpendapat bahwa seorang yang terperosok kembali ke dalam kekafiran setelah sebelumnya masuk Islam dan memahaminya maka tobatnya tidak akan diterima. Akan tetapi, ketika Rasulullah sampai di Madinah, terhadap orang-orang yang seperti itu diturunkan ayat ini.”
Imam ath-Thabrani, dengan sanad yang di dalamnya ada lemah/cacat, meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu ketika, Rasulullah mengirim surat kepada Wahsyi, yaitu laki-laki yang dulunya membunuh Hamzah bin Abi Thalib, untuk menyerunya masuk Islam. Wahsyi kemudian menjawab surat Nabi saw. tersebut dengan mengatakan, ‘Bagaimana mungkin engkau menyeru saya (masuk Islam) sementara engkau menyatakan bahwa orang yang membunuh atau berzina atau mempersekutukan Allah akan mendapatkan dosa besar, dilipatgandakan baginya azab di hari kiamat kelak, dan kekal di dalam neraka dalam kondisi terhina. Sementara itu, saya telah melakukannya (salah satu dari kejahatan tersebut, yaitu membunuh Hamzah). Oleh karena itu, apakah saya akan mendapat ampunan?” Sebagai responsnya, Allah lalu menurunkan ayat, “…Kecuali yang bertobat dan beriman serta mengerjakan amalan shaleh…’
Ketika mendengar ayat ini, Wahsyi berkata, ‘Ini adalah syarat yang berat, kemungkinan saya tidak akan bisa memenuhinya.’ Allah lantas menurunkan ayat,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (an-Nisaa’: 48)
Mendengar ayat ini, Wahsyi berkata, ‘Menurut saya, ujung ayat ini masih mengandung kemungkinan. Artinya, saya tidak tahu apakah saya kelak diampuni atau tidak. Apakah ada ayat yang lain?’ Allah lalu kembali menurukan ayat, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. ‘ Mendengar ayat ini, Wahsyi berkata, “Kalau dengan yang ini maka saya sepakat (menerima).’ Ia pun kemudian masuk Islam.”
Ayat 64, yaitu firman Allah ta’ala,
“Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”‘ (az-Zumar: 64)
Sebab Turunnya Ayat
Di antara sebab turunnya akan dijelaskan dalam pembahasan tentang surah al-Kaafiruun.
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa’il dari Hasan al-Bashri yang berkata, “Orang-orang musyrik berkata kepada Nabi saw., ‘Wahai Muhammad, apakah engkau memandang sesat nenek moyangmu?’ Allah lalu menurunkan ayat 66.”
Ayat 67, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya . Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (az-Zumar: 67)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan satu riwayat yang dinilainya shahih dari Ibnu Abbas yang berkata, “Seorang laki-laki Yahudi lewat di hadapan Nabi saw.. Ia lalu berkat, ‘Wahai Abal Qasim, engkau mendakwakan bahwa Allah meletakkan langit di atas ini (sambil mengacungkan salah satu jarinya), bumi di atas ini, air di atas ini, dan gunung-gunung di atas ini.’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” (479)
Riwayat senada juga disebutkan dalam kitab ash-Shahih (Shahih Bukhari), tetapi dengan lafazh, “Lalu Rasulullah membaca…,” “sebagai ganti dari, “Lalu Allah menurunkan…”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata, “Di suatu pagi, orang-orang Yahudi berbincang-bincang tentang penciptaan langit, bumi, dan para malaikat. Di pengujungnya, mereka kemudian mulai menaksir/menilai sejauhmana kekuasaan Allah swt.. Allah lantas menurunkan ayat ini.”
Said bin Jabir berkata, “Orang-orang Yahudi saling membicarakan tentang sifat Allah swt.. Mereka sesungguhnya telah meperbincangkan sesuatu yag tidak mereka ketahui dan tidak pula mereka lihat. Allah lantas menurunkan ayat ini.”
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas yang berkata, “Tatkala turun ayat 255 surah al-Baqarah, ‘Kursi Allah meliputi langit dan bumi…,’ mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kalau kursi saja sudah seluas ini maka bagaimana dengan ‘Arasy?’ Allah lalu menurunkan ayat, ‘Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya…”‘
478. Lihat surah al-Furqaan ayat 70.
479. Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3240.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 484 – 488.