“Duren Parung”, Dari Warung Remang-remang ke Hotel Prostitusi

Parung

PARUNG (VoA-Islam) – Selama ini Parung – Bogor, identik dengan julukan kawasan mesum. Jika sebelumnya para hidung belang bertransaksi dengan wanita jalang di warung remang-remang, maka sejak Hotel Transit Parung berdiri 10 tahun yang lalu, kawasan Parung menjadi sedikit “naik kelas”. Dari warung remang-remang merambah ke hotel prostitusi.

Begitu populernya, sampai “kupu-kupu malam” alias wanita nakal yang menjual dirinya dikenal dengan sebutan “duren parung”. Parung adalah sebuah wilayah yang menghubungkan antara Bogor-Tangerang, Depok dan Jakarta. Boleh dikatakan, Parung kerap menjadi tempat transit para pengemudi yang hendak rehat sejenak menuju perjalanan pulang. Di saat melepas lelah itulah, para pengemudi mampir ke warung kopi yang kondisi lampunya tidak terlalu terang alias remang-remang.

Parung akan terlihat aslinya saat malam hari, ketika wanita muda berpakaian seksi dan gincu yang memikat, menemani pengemudi yang sedang ngopi plus rokok yang dihisapnya. Jika gairah laki-laki itu sedang meningkat, maka terjadilah “transaksi”.

Kepada Voa-Islam, Ustadz Madhusin, LC warga asli Parung, yang juga Ketua Koordinator Gempar (Gerakan Masyarakat Parung) mengaku risih dengan stigma Parung sebagai kawasan mesum. “Sebagai warga Parung, jelas sangat mengganggu dengan julukan Parung sebagai kawasan esek-esek. Keberadaan warung remang-remang dan Hotel Transit Parung tentu meresahkan kami. Itulah sebabnya, kami mendesak agar hotel tersebut ditutup,” ujar ustadz muda yag satu ini.

Kawasan Mesum

Seperti diberitakan media lokal (Radar Bogor), sudah beberapa kali Hotel Transit Parung menjadi ajang transaksi narkoba, tempat pembuatan film porno, bahkan tewasnya sepasang kekasih gelap yang dikabarkan sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Pada bulan Maret 2012 lalu, Jajaran Polres Bogor berhasil meringkus empat orang yang menjadi otak pembuatan film esek-esek tersebut dan dinyatakan sebagai tersangka. Sang pelaku ditangkap ketika sedang memproduksi film porno pada Ahad (11/2) dinihari.

Terbongkarnya kasus pembuatan film mesum di Hotel Transit Parung ini seakan membuka mata Pemkab Bogor, bahwa program nongol babat (nobat) yang kini digembar-gemborkan ternyata gagal total.

Ketika itu Bupati Bogor Rachmat Yasing mengaku kecewa dengan kinerja Satpol PP. Kasus tersebut tidak hanya mencoreng nama baik Bogor, tapi juga membuktikan bahwa pengawasan yang dilakukan sangat minim. “Kita segera koordinasikan dengan Satpol PP agar dilakukan sidak rutin, baik hotel maupun pekerja seks komersial (PSK) di pinggir jalan,” tegasnya.

Kasus yang menggemparkan “Bumi Tegar Beriman” (slogan Kabupaten Bogor) tersebut juga mendapat perhatian serius dari DPRD Kabupaten Bogor. Produksi film porno itu dinilai mencoreng wajah kabupaten Bogor sebagai wilayah parawisata.

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bogor Ade Munawaroh Yanwar mengatakan, hotel tersebut ternyata melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada perbuatan asusila dan melanggar ketertiban umum.

Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor itu mendesak pemerintah daerah bersikap tegas terhadap hotel tersebut. Disamping meresahkan masyarakat, fasilitas hiburan yang tersedia di hotel yang berada di Jalan Raya Parung-Bogor, tepatnya Desa Jabonmekar, Kecamatan Parung itu diduga tak berizin. Pemkab harus sesegera mungkin melakukan tindakan tegas, serta menelusuri kelengkapan perizinan hotel tersebut. Desastian