
CYBER SABILI – KABUL: Afghanistan untuk pertama kalinya membuka warnet khusus wanita, Kamis (8/3), dan berharap warnet ini dapat memberikan kesempatan pada wanita untuk berhubungan dengan dunia maya tanpa adanya pelecehan dan terhindar dari penglihatan kaum pria.
Sekawanan wanita muda berjilbab mulai nampak duduk di dalam warnet kecil di jalanan yang tenang di pusat kota Kabul pada Hari Wanita Internasional di negara di mana kaum hawa masih menghadapi perjuangan yang sangat besar, meskipun Taliban sudah digulingkan lebih dari satu dekade lalu.
“Kami ingin wanita tidak takut, dengan menciptakan tempat yang aman bagi wanita yang ingin menggunakan internet,” kata Aqlima Moradi (25 tahun), seorang mahasiswi medis dan anggota Young Women 4Change, kelompok aktivis Afghanistan, yang mendirikan warnet khusus wanita ini.
Warnet yang dicat dengan warna-warna cerah, serta gambar burung dan logo Facebook dan Yahoo, adalah warnet yang sederhana diberi nama Sahar Gul, nama seorang gadis Afghanistan berumur 15 tahun yang secara brutal disiksa tahun lalu oleh mertuanya karena menolak untuk menjadi pelacur .
“Ada banyak Guls Sahar di Afghanistan. Ada wanita setiap hari menghadapi kekerasan, “kata Mohammad Jawad Alizada (29), yang mengawasi warnet itu, yang juga seorang relawan dari kelompok advokasi.
“Karena selama ini saya bisa ingat, perempuan Afghanistan tidak memiliki hak. Dia (Gul) adalah gadis pemberani yang berdiri sendiri. Ini adalah keberanian, dan keberanian ini kita ingin menghormati sini, “kata Alizada, yang juga bekerja sebagai peneliti sosial di sebuah perusahaan AS di Kabul, kepada Reuters.
Sementara ini, wanita Afghanistan telah mendapatkan kembali hak-hak mereka di bidang pendidikan, memberikan suara dan bekerja sejak Taliban digulingkan pada tahun 2001, masa depan mereka masih sangat tidak pasti karena Afghanistan dan para pejabat AS berusaha bernegosiasi dengan Taliban untuk memastikan berlangsungnya keamanan nasional setelah pasukan tempur asing meninggalkan Afghanistan pada akhir-2014.
Pada pembukaan warnet ini, seorang siswi SMA, Sana Seerat mengeluhkan kurangnya perhatian yang diberikan kepada wanita. “Kami tidak pernah memiliki hal-hal yang dikhususkan hanya untuk wanita, semuanya di Afghanistan selalu untuk pria. Tapi kita disini terasa sama.” (fayyadh)