Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata, “Rasullah saw. bersabda, ‘Qadariyah adalah majusi ummat ini. Jika mereka sakti jangan kalian jenguk dan jika mereka mati jangan kalian saksikan jenazahnya,” (Hasan, Silsilah Jaami’ ash-Shaaghiir [4442]).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Setiap ummat ada majusinya. Dan majusi ummatku adalah yang mengatakan bahwasanya tidak ada takdir. Jika merasa sakit jangan kalian jenguk dan jika mereka mati jangan kalian saksikan jenazahnya,” (Hasan, Silsilah Jaami’ ash-Shaaghiir [5123]).
Kandungan Bab:
- Seburuk-buruk qadariyah adalah mengatakan bahwasanya ALlah tidak mengetahui suatu perkara sebelum terjadi. Dan sesungguhnya perkara itu begitu saja. Sebagaimana dinukil dari Ma’bad al-Juhani dan kelompoknya.
- Lalu datanglah sekte yang lain dari qadariyah yakni mereka yang mengatakan bahwasanya manusia menciptakan perbuatannya sendiri. Dan Allah tidaklah menciptakan perbuatan manusia. Mereka menyamai majusi karena ucapan mereka itu akan berujung pada penetapan adanya dua pencipta sebagaimana majusi yang menetapkan adanya dua pencipta.
Ibnu Abi ‘Izz al-Hanafi dalam kitab al-Aqidah ath-Thahaawiyah (hal.524) berkata, “Akan tetapi penyerupaan mereka dengan majusi sangatlah nyata. Bahkan keyakinan mereka lebih buruk dari majusi. Karena majusi meyakini adanya dua pencipta sedangkan qadariyah meyakini adanya banyak pencipta.”
- Keharusan meboikot ahlul bid’ah dan tidak menyaksikan jenazah mereka dan tidak pula menjenguk mereka.
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/393-421.