Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war Raqaiq, bab kisah Ashahbul Ukhdud (4/2299), no. 3005.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, tafsir surat Al-Buruj (4/437).
Penjelasan Hadis
Dahulu para raja mengandalkan tukang sihir untuk memantapkan kekuasaan. Para tukang sihir bekerja menundukkan manusia kepada penguasa dengan tipuan dan taktik yang mereka lakukan. Lebih dari itu, tukang sihir merupakan pilar penopang tiang-tiang kekuasaann dan menegakkan para raja sebagai tuhan yang disembah selain Allah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita bahwa ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir yang sudah berusia lanjut. Dia takut ilmunya lenyap, sehingga tukang sihir ini meminta kepada raja agar mengutus kepadanya seorang pemuda yang cerdas lagi pintar agar dia bisa mewarisi ilmu dan kesesatannya. Raja memenuhi permintaannya dan mengirim seorang pemuda kepadanya.
Pemuda ini melewati seorang pendeta manakala dia mondar-mandir pulang pergi kepada penyihir. Pemuda ini duduk dan mendengar kepada seorang pendeta. Pendeta ini memberikan taktik kepada si pemuda manakala penyihir mulai mencurigainya disebabkan seringnya dia terlambat setelah mampir kepada pendeta. Pendeta ini berkata kepada pemuda, “Jika tukang sihir itu bertanya kepadamu tentang keterlambatanmu, maka jawablah keluargamu menahanmu. Jika keluargamu yang bertanya, maka katakan bahwa tukang sihir yang membuat kamu terlambat.” Dengan ini pemuda itu terbebas dari celaan tukang sihir dan celaan keluarganya.
Suatu hari seorang binatang besar menghalangi jalan orang-orang. Binatang besar ini mungkin binatang busa, seperti singa atau ular yang besar. Pemuda ini melihat bahwa inilah peluang untuk mengetahui kebenaran, apakah pendeta atau tukang sihir. Pemuda ini lalu mengambil batu dan melemparkannya kepada binatang buas itu sambil memohon kepada Tuhannya agar membunuh binatang itu jika perkara pendeta lebih dicintai daripara perkara penyihir. Binatang itu ternyata mati akibat lemparan batunya. Maka orang-orang mengira bahwa pemuda ini membunuh binatang itu dengan sihirnya yang mumpuni.
Manakala pendeta mengetahui apa yang dilakukan oleh pemuda itu, ilmunya mengatakan kepada dirinya bahwa pemuda ini akan diuji. Pemuda ini tidak melakukan dakwah yang tenang seperti yang dilakukan oleh pendeta, akan tetapi perlawanan yang terbuka. Pendeta I I meinta kepada pemuda agar tidak menunjukkan namanya jika dia diuji. Seorang mukmin memohon keselamatan kepada Allah. Tetapi jika diuji, dia harus bersabar. Allah telah menyembuhkan orang-orang saikit lewat tangan pemuda ini. Dia menyembuhkan