Allah SWT berfirman, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan ‘lsa serta apa yang diberikan kepada Nabi-Nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tundukpatuh kepada-Nya,” (Al-Baqarah: 136)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara sese-orang pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya’, dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdo ‘a), ‘Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali,” (Al-Baqarah: 285).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘lsa dan para Nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami mtnyeyahkan diri,” (Ali Imran: 84).
Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, ia berkata, “Ketika Rasulullah saw. sedang duduk-duduk datanglah seorang Yahudi dan berkata, ‘Hai Abul Qasim, salah seorang sahabatmu telah memukul wajahku!’ ‘Siapa?,’ tanya Rasulullah. ‘Seorang laki-laki dari kalangan Anshar!’ jawabnya. ‘Panggillah ia kemari!,’ seru Rasulullah. Rasul bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau tadi memukulnya?‘ Sahabat itu menjawab, ‘Aku dengar ia bersumpah di pasar, ‘Demi Allah Yang telah memilih Musa atas sekalian manusia. Maka aku berkata kepadanya, ‘Hai busuk, apakah atas Muhammad saw. juga? Maka terbakarlah kemarahanku lantas aku pun memukul wajahnya.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Janganlah membeda-bedakan antara Nabi-Nabi, karena sesungguhnya semua manusia akan pingsan pada hari Kiamat, lalu akulah orang pertama yang bangkit dari bumi, ternyata aku dapati Nabi Musa memegang salah satu pilar dari pilar-pilar ‘Arsy. Aku tidak tahu apakah ia juga ikut pingsan ataukah ia dibebaskan darinya karena ia telah merasakannya di dunia’?” (HR Bukhari [2412] dan Muslim [2374]).
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Ketika seorang Yahudi menawarkan barang dagangannya ia mengucapkan suatu perkataan yang tidak simpatik. la berkata, Tidak, demi Allah Yang telah mengistimewakan Nabi Musa atas sekalian manusia.’ Perkataannya itu didengar oleh seorang laki-laki Anshar. la bangkit dan langsung menampar wajah orang Yahudi itu seraya berkata, ‘Engkau katakan tadi demi Allah Yang telah mengistimewakan Nabi Musa atas sekalian manusia sementara Nabi saw. ada di tengah-tengah kami!?’
Maka Yahudi tadi mengangkat masalah ini kepada Rasulullah saw, ia berkata, ‘Hai Abul Qasim, sesungguhnya aku ini masih terikat perlindungan dan perjanjian, lantas mengapa si Fulan menampar wajahku?’ Nabi berkata kepadanya, ‘Mengapa engkau menampar wajahnya?’ Maka laki-laki Anshar tadi menceritakan kisah di atas. Marahlah Rasulullah saw. mendengarnya hingga terlihat kemarahan pada wajahnya kemudian beliau berkata, ‘Janganlah membeda-bedakan antara Nabi-Nabi Allah, karena sesungguhnya akan ditiup shuur (terompet sangkakala), maka pingsanlah semua yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup sekali lagi, maka akulah orang yang pertama kali bangkit. Ternyata aku dapati Musa telah memegang pilar ‘Arsy. Aku tidak tahu apakah ia dibebaskan darinya karena telah merasakannya di bukit Thursina ataukah ia dibangkitkan sebelumku. Aku tidak pernah mengatakan bahwa ada Nabi yang lebih afdhal dari Nabi Yunus bin Matta’,” (HR Bukhari [3414] dan Muslim [2373]).
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda, “Jangan ada seorang pun yang mengatakan aku lebih baik daripada Nabi Yunus AS,” (HR Bukhari [3412]).
Dari ‘Abdullali bin ‘Abbas r.a. dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Tidak pantas bagi seorang pun mengatakan bahwasanya aku ini lebih baik daripada Nabi Yunus bin Matta.” Rasulullah saw. menisbatkannya kepada ayahnya, (HR Bukhari [3413] dan Muslim [2377]).
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda, “Allah Tabaaraka wa Ta’ala berkata, ‘Tidak pantas bagi seorang hamba-Ku mengatakan, ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta AS,” (HR Bukhari [3416] dan Muslim [2376]).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa mengatakan aku lebih baik daripada Yunus bin Matta, maka ia telah berdusta,” (HR Bukhari [4604]).
Kandungan Bab:
- Larangan membeda-bedakan antara para Nabi dalam hal nubuwwah. Semua Nabi diutus oleh Allah sebagaimana halnya Nabi kita Muhammad
- Tidak boleh melebihkan seorang Nabi atas Nabi lain kecuali dengan dalil yang jelas dan shahih.
- Tidak boleh berdebat dengan Ahli Kitab dan melebihkan sebagian Nabi atas sebagian lainnya dengan membanding-bandingkannya. Karena apa-bila hal tersebut dilakukan oleh para pemeluk dari dua agama, maka akan menjurus kepada pelecehan dan penghinaan terhadap salah seorang Nabi. Dan akan menyeret kepada pertengkaran dan perselisihan. Dan bisa juga menyeret kepada kekufuran, wal iyadzu billab.
- Pengistimewaan sebagian Nabi atas sebagian lainnya adalah suatu perkara yang sudah pasti ada dalam syari’at. Berdasarkan firman Allah SWT, “Rasul-Rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagaian yanglain…” (Al-Baqarah: 253)
Dan firman Allah SWT, “Dan Rabb-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian Nabi-Nabi itu atas sebagian (yang lain) dan Kami berikan Zabur (kepada) Dawud,” (Al-Israa’: 55).
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 2/545-549.