A. Nama dan Nasab
Nama lengkapnya adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Amir bin Abdullah bin Al-Jarrah bin Hilal bin Ahshib bin Radhiyah bin Al-Harits bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Adnan Al-Qurasyi Al-Makki. Sahabat Nabi ini termasuk salah seorang yang pertama-tama masuk islam. Sahabat inilah yang pada awalnya ingin dijadikan sebagai khalifah pengganti oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Yang khalifah telah mengisyaratkan hal itu pada hari Saqifah, dikarenakan keahliannya.
Nasab Abu Ubaidah dengan nasab Nabi bertemu di Fihr. Rasulullah telah menjaminnya masuk surga, dan memberinya gelar Aminul Ummah (yaitu orang terpercaya umat islam). Keutamaanya sudah masyhur dan sangat banyak. Beliau pun mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Mu’adz. Sahabat ini ikut serta dalam Perang Badar dan setiap perang yang beliau ikuti, dan dia membunuh sendiri ayahnya yang kafir dalam Perang Badar. Diketahui bahwa dia meriwayatkan hadits dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Kendatipun demikian, dia perang-perang yang terkenal sebelum akhirnya wafat pada tahun 18 H. (Siyar A’lam Nubala’ (III/3), (Tarikh Dimasyq (no. 491), (Tahdzibul Kamal (no.2032), Tahdzibut Tahdzib (no.3181).
Abu Ubaidah adalah orang yang baik akhlaknya, tanpa cela, dan selalu mengikuti perintah Rasulullah. Karena itulah, beliau pernah bersabda mengenai dirinya:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ أمِيْنًا ، وَ أَميْنُ هذه الأُمَّةِ أبوْ عُبَيْدَةَ الْجَرَّح
“Sesungguhnya setiap ummat itu memilki orang terpercaya. Dan orang terpercaya ummat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (H.R Bukhari (no.3744), Muslim (no.2419), Ahmad (no.12360)
Ibnu Majah meriwayatkan sebuah atsar dari Abdullah bin Syaqiq dengan sanad shahih, dia pernah menuturkan: “Aku bertanya kepada Aisyah: “Siapa diantara sahabat Nabi yang paling beliau cintai? Aisyah menjawab: “Abu Bakar.” Aku bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Aisyah menjawab: “Umar”. “Lalu siapa lagi?” Aisyah menjawab: “Abu Ubaidah.”
Keistimewaan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah amat banyak, sehingga tidak mungkin semuanya digambarkan disini. Berikut adalah penjelasan beberapa keistimewaan Sahabat agung ini.
B. Jihad dan Ketawadu’an
Pada tahun 13 H, Abu Bakar mengintruksikan kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bertolak ke Syam sebagai panglima pasukan. Pada tahun itu juga, Umar bin Khathab diangkat sebagai khalifah. Umar pun melepas jabatan Khalid bin al-Walid sebagai panglima dan menunjuk Abu Ubaidah sebgai penggantinya.
Saat berjumpa Abu Ubaidah, Umar menyalaminya dan mencium tangannya, lalu keduanya berpisah dalam keadaan menangis. Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia menuturkan; tatkala menerima berita bahwa Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan musuh (pasukan Romawi) telah berhasil memojokkannya, Umar bin Khathab lantas menulis surat kepadanya: “Amma Ba’du. Sungguh tidak ada kesulitan yang menimpa seorang hamba melainkan Allah kan menunjukan jalan keluarnya. Sungguh satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negeri), dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Ali-Imran: 200)
Abu Ubaidah pun nenbalas surat Umar: “Amma Ba’du” sesungguhnya Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S Al-Hadid: 20)
Kemudian, Umar keluar sambil membawa surat Abu Ubaidah, lalu dia membacakannya diatas mimbar seraya berseru: “Wahai penduduk Madinah, Abu Ubaidah meminta bantuan kepada kalian. Maka, cintailah oleh kalian jihad.
Hisyam bin Urwah menuturkan kisah dari ayahnya: “Tatkala mendatangi Syam, Umar bin Khathab disambut oleh para pemimpin dan pembesar. Kemudian Umar bertanya: “Dimana saudaraku Abu Ubaidah?” Mereka menjawab: Sebentar lagi dia akan dating kepadamu.” Tak lama kemudian Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dating. Panglima pasukan muslim ini terlihat sedang duduk diatas untanya sambil memegang tali kekang hewan itu. Abu Ubaidah mengucapkan salam kepada sang khalifah, dan dia berkata kepada orang-orang “Tinggalkanlah kami berdua.” Umar lalu berjalan bersama Abu Ubaidah hingga tiba di rumahnya. Umar msuk kedalam rumah Abu Ubaidah, dan tidak ada yang dia lihat di rumahnya selain pedang, tameng, dan pelana kuda.
Melihat pemandangan demikian itu, Umar berkomentar: “Andaikata kamu mempunyai beberapa brang kebutuhan lainnya tentu itu lebih baik. Atau, Umar mengatakan sesuatu dengan yang semisalnya. Maka Abu Ubaidah menanggapi: “ Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya semua ini kan mengantarkan kita kepada peristirahatan (kematian). (Siyar A’lamin Nubala’ (III/11)
Adz-Dzahabi menyatakan: “Demi Allah, ini adalah kezuhudan yang murni. Tidak tidak seperti kezuhudan orang yang faqir dan miskin.” Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat yang menceritakan tentang kezuhudan seorang Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah wafat karena terkena tha’un (wabah) di Yordania pada tahun 18 H yakni pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab. Jenazahnya di kuburkan di Baisan setelah dishalatkan oleh Mu’adz bin Jabal. Usianya ketika itu 58 tahun.
C. Keutamaan
Dari Hudzaifah bin Yaman r.a ia pernah menuturkan : “Para penduduk Najran dating menemui Rasulullah, mereka pun meminta; “ Wahai Rasulullah, utuslah kepada kami seorang laki-laki yang terpercaya.” Lalu Rasulullah menanggapinya: “Aku akan mengutus orang yang benar-benar terpercaya kepda kalian.” Ketika itu, kaum muslimin sangat menginginkan figure pemimpin Najran. Tidak lama kemudian, Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. (H.R Bukhari dan Muslim)
Anas bin Malik r.a menuturkan: “Para penduduk Yaman dating menemui Rasulullah dan meminta: “Utusla seseorang yang bias mengajarkan sunnah dan islam kepada kami. Beliau meraih tangan Abu Ubaidah seraya mengatakan: “Inilah orang terpercaya umat ini.” (H.R Muslim)
Abu ubaidah bin Al-Jarrah ikut berhijrah ke Habasyah, juga turut berjihad dalam perang Badar. Pada perang Uhud, Abu Ubaidah melakukan hal yang mulia, saat itu dia mencabut dua pecahan baju besi yang menancap di wajah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam dengan giginya, dan luka ini di sebabkan oleh pukulan yang mengenai beliau. Kejadian ini membuat dua giginya tanggal, namun dengan begitu gusinya menjadi bagus. Sampai-sampai dinyatakan: “Tidak ada perhitungan kalian yang lebih baik daripada perhitungan Abu Ubaidah.”
Abdullah bin Umar menerangkan sifat Abu Ubaidah: “ Tiga orang dari suku Quraisy yang paling baik akhlaknya, paling sehat wajahnya, dan paling pemalu. Jika tiga orang itu berbicara kepadamu, mereka tidak akan membohongimu. Mereka itu adalah Abu Bakar Ash- Shidiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (Tarikh Dimasy (XXV/475) dan Shifatus Shafwah (I/192)
Umar bin Khatab tahu betul kapasitas Abu Ubaidah sebagaimana terlihat dalam riwayat berikut ini. Dari Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia bercerita: “Pada suatu hari Umar berseru kepada para sahabat: “Berangan-anganlah kalian!” salah seorang dari mereka pun berkata: “Aku berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi uang dirham maka akan aku sedekahkan semuanya dijalan Allah.” Umar kembali berseru berangan-anganlah kalian!” lalu salah seorang dari mereka berkata: “Aku berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi emas, maka akan aku sedekahkan semuanya dijlan Allah.” Lalu Umar berkata kembali: “Berangan-anganlah kalian!”
Maka mereka berkata: “Kami tidak memiliki angan-angan lainnya.” Kemudian Umar berkata: “Aku sendiri berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi orang-orang seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Mu’adz bin Jabal dan Hudzaifah bin Yaman, niscaya aku akan memanfaatkannya dijalan Allah.” ( At-Tarikhus Shaghir (I/54) karya Imam Bukhari)
Sumber: Al-‘Asyarah Al-Mubasysyaruuna bil Jannah, Muhammad Ahmad Isa, edisi bahasa Indonesia 10 Sahabat Nabi Dijamin Masuk Surga, penerjemah: Fajar Kurnianto, S.Th.I, Penerbit Pustaka Imam Syafii, Jakarta