Melihat Allah, Bag. 4 (Pendapat Para Shahabat)

Pendapat Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Ishaq berkata, dari Amir bin Sa’ad, bahwa Abu Bakar as-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu membaca ayat,

Dan bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (Yunus: 26)

Kemudian mereka bertanya, “Apa yang dimaksud dengan tambahan (ziyadah) tersebut, wahai khalifah Rasulullah?” Abu Bakar menjawab, “Yaitu melihat Wajah Allah.”

Pendapat Ali bin Abi Thalib

Abdurrahman bin Abu Hatim berkata, bahwa berkata kepada kami Ali bin Maisarah al-Hamdani yang berkata, bahwa berkata kepada kami Shalih bin Abu Khalid al-Anbari dari Abul Ahwash dari Abu Ishaq al-Hamdani dari Imarah bin Ubaid yang berkata, bahwa aku mendengar Ali bin Abi Thalib Radliyallahu ‘anhu berkata, “Di antara kesempurnaan kenikmatan adalah masuk surga dan melihat Wajah Allah di surga-Nya.”

Pendapat Hudzaifah bin Yaman

Waki’ berkata, bahwa berkata kepadaku Israil dari Abu Ishaq dari Muslim dari Yazid dari Hudzaifah yang berkata, “Yang dimaksud dengan tambahan (ziyadah) adalah melihat Wajah Allah.”

Pendapat Muadz bin Jabal

Abdurrahman bin Abu Hatim berkata, bahwa berkata kepada kami Ishaq bin Ahmad al-Kharaz yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ishaq bin Sulaiman ar-Razi dari Mughirah bin Muslim dari Maimun dari Abu Hamzah yang berkata, “Saya pernah duduk di samping Abu Wa’il kemudian ada seorang laki-laki yang namanya Abu Afif masuk ke tempat kami lalu Syaqiq bin Salamah berkata, ‘Wahai Abu Afif, bukankah engkau pernah mendapatkan hadits dari Muadz bin Jabal?’ Abu Afif menjawab, ‘Ya, betul, Aku mendengar Muadz bin Jabal berkata, ‘Pada Hari Kiamat, manusia dibangkitkan di atas tanah yang sama. Pada saat itu, penyeru memanggil, ‘Mana orang-orang yang bertakwa?’ Mereka pun berdiri dalam naungan ar-Rahmaan. Allah tidak bersembunyi dari mereka.’ Aku bertanya, ‘Siapakah orang-orang yang bertakwa tersebut?’ Muadz bin Jabal menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang takut dari syirik dan penyembahan terhadap berhala dan ikhlas karena Allah dalam ibadah. Lalu mereka berjalan menuju surga.’”

Pendapat Abu Hurairah

Ibnu Wahab berkata, bahwa aku pernah diberitahu oleh Ibnu Luhai’ah dari Abun Nashr, bahwa Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata, “Kalian tidak akan melihat Tuhan kalian hingga kalian merasakan mati terlebih dahulu.”

Pendapat Abdullah bin Umar

Husain al-Ja’fi berkata, dari Abdul Malik bin Abjur dari Tsuwair dari Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata, “Sesungguhnya tempat penghuni surga yang terendah adalah orang yang bisa melihat kerajaan Allah selama dua ribu tahun. Ia melihat bagian yang paling rendah sebagaimana ia melihat yang paling jauh. Dan sesungguhnya tempat penghuni surga yang paling mulia adalah orang yang bisa melihat Wajah Allah dua kali sehari.”

Pendapat Abu Musa al-Asy’ari

Waki’ berkata, dari Abu Bakar al-Hadzli dari Abu Tamimah dari Abu Musa Radliyallahu ‘anhu yang berkata bahwa, “Tambahan (ziyadah) adalah melihat Wajah Allah.”

Yazid bin Harun, Ibnu Abu Adi dan Ibnu Aliyah meriwayatkan dari Aslam al-Ajli dari Abu Muzanah dari Abu Musa al-Asy’ari Radliyallahu ‘anhu bahwa ia berpidato di hadapan manusia kemudian mereka mengangkat pandangannya. Abu Musa al-Asy’ari bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian berpaling dariku?” Mereka menjawab, “Bulan purnama!” Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Bagaimana jika kalian melihat Wajah Allah dengan terang-terangan.”

Pendapat Anas bin Malik

Ibnu Abu Syaibah berkata, bahwa berkata kepadaku Yahya bin Yaman yang berkata, bahwa berkata kepadaku Syuraik dari Abu al-Yaqdzan dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla,

Dan di sisi Kami ada tambahan.” (Qaaf: 36)

Anas bin Malik berkata, “Ziyadah (tambahan) adalah bahwa Tuhan mereka Tabaaraka wa ta’alaa menampakkan diri pada mereka pada Hari Kiamat.”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015