Allah ta’alaa berfirman,
“Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu manusia berkelompok-kelompok. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.” (Ar-Ruum: 14-15)
Yahya bin Abu Katsir berkata, “Kegembiraan yang dimaksud pada ayat ini adlaah menikmati paduan suara yang merdu.” Mujahid dan Qatadah berkata, “Mereka bersenang-senang. Hiburan telinga adalah mendengarkan suara yang merdu.”
Abu Nu’aim berkata, bahwa berkata kepda kami Abdullah bin Ja’far yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ismail bin Abdullah yang berkata, bahwa berkata kepada kami Abdurrahman bin Ibrahim yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ibnu Abu Fadak dari Ibnu Abu Dzi’bun dari Aun bin Khaththab dari Abdullah bin Radi’ dari Abu Asin dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jelita bernyanyi di surga. Mereka berkata, ‘Kami wanita-wanita yang bermata jelita dan cantik mempesona. Kami diciptakan bagi suami-suami yang mulia.’” (Riwayat Abu Nu’aim)
Adapun hadits Abu Umamah, maka Ja’far al-Faryabi berkata, bahwa berkata kepada kami Sulaiman bin Abdurrahman yang berkata, bahwa berkata kepda kami Khalid bin Yazid dari Abu Malik dari ayahnya dari Khalid bin Mi’dan dari Abu Umamah Radliyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
“Jika seorang hamba masuk surga, maka dua bidadari yang bermata jelita yang duduk di samping kepalanya dan kedua kakinya. Keduanya bernyanyi dengan suara yang paling merdu yang pernah didengar manusia dan jin. Suara keduanya bukan suara seruling setan.”
Ibnu Mubarak berkata, bahwa berkata kepada kami Auza’i yang berkata, bahwa berkata kepada kami, Yahya bin Abu Katsir yang berkata, “Sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jelita menanti suaminya masing-masing di pintu-pintu surga. Mereka berkata, ‘Kian lama kami menunggu kedatanganmu. Kami wanita-wanita yang ridha dan tidak murung. Kami tetap tinggal di sini dan tidak pindah ke tempat lain. Kami wanita-wanita abadi dan tidak mati.’ Mereka mengatakannya dengan suara yang sangat merdu. Mereka berkata lagi, ‘Engkau cintaku dan aku cintamu.’”
Selanjutnya Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepadaku Dahsyam bin Fadhl al-Quraisy yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ruwad bin al-Jarrah dari Auza’i yang berkata, “Aku mendapat informasi, bahwa tidak ada makhluk Allah yang suaranya semerdu malaikat Israfil. Allah memerintahkannya bernyanyi. Ketika Israfil bernyanyi, seluruh malaikat menghentikan shalatnya. Israfil terus bernyanyi sampai batas waktu yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Demi keagungan-Ku, sekiranya hamba-hamba-Ku mengetahui sejauh mana keagungan-Ku, maka mereka tidak mau menyembah selain diri-Ku.”
Ibnu Abu Dunya juga berkata, bahwa berkata kepada kami Muhammad bin Hasan yang berkata, bahwa berkata kepadaku Abdullah bin Abu Bakr yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ja’far bin Sulaiman bin Malik bin Dinar tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla,
“Sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Shad: 40)
Malik bin Dinar berkata, “Pada Hari Kiamat, mimbar yang tinggi dibuat dan ditempatkan di surga. Kemudian diserukan, ‘Wahai Daud, pujilah Aku dengan suaramu yang indah dan lembut sebagaimana engkau memuji-Ku di dunia dengan suara tersebut.” Selanjutnya Malik din Dinar berkata, “Suara Daud menyedot seluruh kenikmatan penghuni surga dan itulah maksud firman Allah, ‘Sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.’”
Hammad bin Salamah nenyebutkan hadits dari Tsabit al-Bannani dan Hajjaj al-Aswad dari Syahr bin Husyab yang berkata, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya hamba-hamba-Ku ketika di dunia menggemari suara yang merdu tapi mereka meninggalkannya karena Aku. Maka perdengarkan suara kalian kepada hamba-hamba-Ku.’ Kemudian para malaikat menyuarakan tahlil, tasbih, dan takbir dengan suara yang merdu yang belum pernah didengar orang sebelumnya.”
Kemudian Allah memperdengarkan suara-Nya kepada para penghuni surga. Ketika penghuni surga mendengar suara-Nya, mereka merasa tidak pernah mendengar suara seindah suara-Nya. Tidak ada kenikmatan yang melebihi wajah Allah dan mendengarkan suara-Nya. Penghuni surga tidak diberi sesuatu yang melebihi cintanya kepada kedua hal tersebut.
Abu Syaikh menyebutkan dari Shalih bin Hibban dari Abdullah bin Buraidah yang berkata, “Sesungguhnya penghuni surga dua kali dalam sehari masuk menemu Allah. Allah membacakan al-Qur’an kepada mereka yang saat itu duduk di atas kursinya yang tiada lain adalah mimbar permata, mutiara yakut, mutiara zabarjad, emas dan zamrud. Mata mereka tidak pernah puas memandang sesuatu dan mereka tidak pernah mendengar yang lebih agung dan indah dari suara Allah. Setelah itu mereka bubar dan berjalan menuju kendaraannya masing-masing dalam keadaan bahagia dan mata mereka sejuk. Hal seperti itu juga terjadi besok paginya.”
Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015