Thabrani berkata, telah berkata kepada kami Musa bin Hazim al-Ashbahani yang berkata, bahwa telah berkata kepada kami, Muhammad bin Bakir al-Hadhrami, bahwa telah berkata kepada kami Marwan bin Muawiyah al-Fazari dari Hasan bin Amr dari Mujahid dari Janadah bin Abu Umayyah dari Abdullah bin Amr Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
“Barangsiapa membunuh orang dari ahli dzimmah, maka ia tidak mencium aroma surga. Padahal aroma surga bisa dicium dari jarak seratus tahun.”
Tirmidzi berkata bahwa telah berkata kepada kami Muhammad bin Basyar yang berkata, bahwa telah berkata kepada kami Ma’di Sulaiman al-Basri dari Ibnu Ajlan dari ayahnya dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
“Ketahuilah bahwa barangsiapa membunuh jiwa yang meminta perlindungan kepda Allah dan Rasul-Nya. Maka sungguh ia telah melanggar perlindungan Allah. Ia tidak mencium aroma surga. Padahal aroma surga bisa dicium dari jarak tujuh puluh tahun.”
Tirmidzi berkata, “Pada bab ini terdapat Abu Bakrah dan hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih.” Muhammad bin Abdul Wahid berkata bahwa sanad hadits tersebut adalah sesuai dengan kriteria Shahih Bukhari.”
Dalam Shahihain disebutkan hadits dari Anas yang berkata, “Pamanku tidak ikut bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Badar dan ini adalah pukulan berat baginya. Pamanku berkata, ‘Aku tidak ikut dalam perang yang pertama kali dijalani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekiranya Allah memanjangkan usiaku sehingga aku ikut berperang bersama beliau. Maka Allah akan tahu apa yang akan aku perbuat.” Anas melanjutkan, “Ia ingin melanjutkan perkataannya. Akhirnya niat pamanku terkabul. Ia bisa ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Uhud. Sa’ad bin Muadz datang menemuinya dan bertanya kepadanya, ‘Bagaimana keadaanmu?’ pamanku menjawab, ‘Duhai, kucium aroma surga di balik gunung Uhud.’” Anas melanjutkan, “Pamanku bertempur habis-habisan memerangi orang-orang kafir Quraisy hingga menemui ajalnya, di tubuhnya ditemukan luka-luka sebanyak delapan puluh lebih antara luka tebasan, tikaman, dan lemparan. Saudara perempuannya yang bernama Rabi’ binti Nadhr berkata, ‘Hanya ujung jarinya yang bisa aku kenali dari jenazah saudaraku.’ Saat itu turunlah ayat,
‘Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (Al-Ahzab: 23)
Para shahabat berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kematiannya dan kematian shahabat-shahabatnya.”
Aroma surga itu ada dua macam; Pertama, aroma yang bisa ditemui di surga yang dicium oleh para arwah dan tidak bisa dicium orang-orang yang lainnya. Kedua, aroma yang bisa diketahui dengan panca indera seperti halnya aroma bunga dan lain sebagaimnya. Aroma jenis kedua bisa dijangkau seluruh penghuni surga di akhirat kelak. Adapun aroma surga di dunia, maka ia hanya bisa dicium orang-orang yang dikehendaki Allah seperti para Nabi dan Rasul. Aroma yang dicium Anas bin Nadhr bisa dikategorikan pada aroma jenis ini. Wallahu a’lam.
Thabrani berkata bahwa telah berkata kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Tharif yang berkata bahwa telah berkata kepada kami Muhammad bin Katsir yang berkata, bahwa telah berkata kepada kami Jabir al-Ja’fi dari Abu Ja’far bin Muhammad bin Ali dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aroma surga bisa dijangkau dari jarak seribu tahun. Demi Allah aroma tersebut tidak bisa dijangkau oleh anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan pemutus hubungan kekerabatan.” (Riwayat Abu Nu’aim dan Haitsamah)
Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015