47. Al-Barru (Yang Melimpahkan kebaikan)
48. Al-Wahhaab (Yang Maha Pemberi)
Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (Ath-Thuur: 28)
“(Mereka berdoa), “Yaa Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).’” (Ali-‘Imran: 8)
Sebagian dari asma Alah adalah (al-Barru al-Wahhab) yang pemberian-Nya meliputi seluruh alam dengan limpahan kebaikan, karunia, dan kemurahan-Nya. Dia-lah pelindung yang elok, terus-menerus berbuat kebaikan, serta luas pemberian-Nya. Sifat-Nya al-Barru dan pengaruh (dampak) dari sifat ini adalah seluruh nikmat, baik yang Nampak maupun yang tersembunyi. Tiada satu pun makhluk yang tidak mengharapkan kebaikan dan limpahan pemberian-Nya sekejap mata pun.
Kebaikan-Nya ada yang bersifa umum dan ada yang khusus;
1. Kebaikan-Nya yang bersifat umum disebutkan di dalam firman-Nya,
“Yaa Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu.” (Al-Mu’min:7)
“… Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu…” (Al-A’raaf: 156)
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kami, maka dari Allah-lah (datangnya)…” (An-Nahl: 53)
Ayat ini meliputi orang yang shalih dan yang fasik, penghuni langit dan bumi, yang mukallaf dan bukan.
2. Yang bersifat khusus adalah rahmat dan nikmat-Nya (yang diberikan) kepada orang-orang yang bertakwa, seperti dalam firman-Nya,
“… Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasuul, Nabi yang ummi…” (Al-A’raaf: 157)
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-A’raaf: 56)
Begitu pula pada do’a Nabi Sulaiman,
“… Dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shahih.” (An-Naml: 19)
Rahmat yang khusus ini, yang dimintai para Nabi dan para pengikutnya, yang merupakan permohonan untuk mendapatkan taufik kepada iman, ilmu, amal, seluruh keadaan yang baik, keberuntungan yang abadi, keberhasilan dan kesuksesan, itulah yang menjadi tujuan utama hamba-hamba yang terpilih.
Allah yang memiliki sifat pemurah, melimpahkan karunia, dan kebaikan yang banyak, kemurahan-Nya juga terbagi dua:
1. Kemurahan yang mutlak, yang meliputi seluruh makhluk. Dia meliputinya dengan karunia, kemurahan dan nikmat-Nya yang beraneka ragam.
2. Kemurahan yang khsusus untuk orang yang meminta dengan perkataan dan perbuatan dari orang yang baik ataupun jahat, Muslim atau pun kafir. Siapa pun yang meminta kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya dan menganugerhkan kepadanya apa yang dimintanya, karena sesungguhnya Dia al-Barru ar-Rahiim.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.” (An-Nahl: 53)
Sebagian dari kemurahan-Nya yang luas adalah balasan yang disediakan-Nya untuk wali-wali-Nya di Surga yang penuh kenikmatan, sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia.
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.