43. Al-Haadi (Yang Memberi Petunjuk)
Allah ta’alaa berfirman,
“… Dan cukuplah Rabb-mu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.” (Al-Furqaan: 31)
“… Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al-Hajj: 54)
Al-Haadi, adalah yang memberi petunjuk dan pengarahan kepada hamba-Nya segala hal yang bermanfaat, dan memberi petunjuk untuk menolak yang mudharat, mengajarkan kepada mereka yang tidak mereka ketahui, menunjukkan kepada mereka petunjuk taufik dan kebenaran, memberi ilham ketakwaan kepada mereka, serta menjadikan hati mereka mengharap kepada-Nya dan tunduk kepada perintah-Nya.
Al-Hidayah, adalah bimbingan dengan lemah lembut. Sesungguhnya petunjuk Allah kepada manusia ada empat perkara;
Pertama, Hidayah yang meliputi setiap mukallaf berupa akal, kecerdasan, dan pengetahuan yang mudah, yang meliputi segala sesuatu dengan kadar menurut kemampuannya, sebagaimana firman Allah,
“.. Rabb kami adalah (Rabb) yang telah memberikan kepada kami tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya. Kemudian memberinya petunjuk.” (Thaahaa: 50)
Kedua¸ hidayah yang dijadikan oleh Allah kepada manusia dengan mengajak mereka mealu perantara lisan para Nabi, menurunkan al-Qur’an dan yang lainnya. Inilah yang dikehendaki dengan firman Allah,
“.. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami.” (As-Sajdah: 24)
Ketiga, taufik yang diperuntukkan bagi orang yang mendapat petunjuk, dan ini yang dimaksud dengan firman Allah,
“… Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka…” (Muhammad: 17)
“… Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya…” (At-Taghaabun: 11)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya…” (Yunus: 9)
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…” (Al-‘Aankabut: 69)
Keempat, petunjuk untuk menuju ke Surga di akhirat nanti, ini yang dimaksud dengan firman Allah,
“Allah akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki mereka.” (Muhammad: 5)
“… Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (Surga ini).” (Al-A’raaf: 43)
Empat macam hidayah ini berurutan. Sesungguhnya orang yang tidak mendapatkan hidayah yang pertama, niscaya ia tidak akan mendapat hidayah yang kedua. Orang yang tidak mendapatkan yang kedua, niscaya ia tidak akan mendapatkan hidayah yang ketiga, begitu seterusnya.
Dia-lah yang firman-Nya merupakan petunjuk, begitu pula semua perbuatan-Nya. Dia-lah yang memberi petunjuk kepada orang yang bingung lagi tersesat, maka Allah memberi petunjuk kepadanya jalan yang lurus sebagai penjelasan, pengajaran, dan taufik. Segala firman-Nya yang bersifat ketentuan, Dia menciptakan segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu. Semuanya adalah haq karena mengandung hikmah, kebaikan, dan kesempurnaan. Segala firman-Nya yang ada dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya, mengandung kebenaran yang sempurna dalam segala berita-Nya serta keadilan yang sempurna dalam perintah dan larangan. Sesungguhnya tidak ada yang lebih benar perkataannya selain Allah,
“Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (Al-An’aam: 115)
Sempurna pada kalimat ini, mencakup masalah perintah dan larangan. Itulah yang paling besar dan paling agung dalam memberi petunjuk kepada semua hamba, bahkan petunjuk tidak akan diperoleh tanpa kalimat tersebut. Maka siapa yang mencari petunjuk selainnya, niscaya Allah akan menyesatkannya. Siapa yang tidak mengambil petunjuk-Nya, dia bukan orang yang mendapat petunjuk. Maka didapatlah dengannya petunjuk keilmua, menjelaskan hakikat, dasar-dasar, cabang-cabang, kemashlahatan, dan kemudharatan yang dinisbatkan kepada agama dan dunia. dengannya dapat diperoleh petunjuk ilmu karena ia membersihkan jiwa, mensucikan hati, mengajak kepada amal yang terbaik, dan akhlak yang paling mulia. Selain itu, mendorong atas segala kehidupan dan memberikan peringatan dari setiap yang tercela dan hina. Oleh sebab itu, siapa yang mencari petunjuk dengannya, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan siapa yang tidak mencari petunjuk dengannya, dialah orang yang sesat. Dia tidak akan menjadikan hujjah kepada seseorang setelah diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab yang mengandung petunjuk yang mutlak. Sudah berapa banyak orang yang dulunya sesat lalu diberi petunjuk dan memberi petunjuk kepada orang yang bingung, lebih khusus lagi orang yang bergantung dengan-Nya dan memohon petunjuk dari-Nya dengan ketulusan hatinya, serta meyakini bahwasanya hanya Dia-lah yang bisa memberi petunjuk.
Setiap hidayah yang disebutkan Allah, bahwa Dia tidak memberikan-Nya kepada orang-orang yang zhalim dan kafir, maka itulah hidayah yang ketiga (hidayah taufik dan ilham) yang hanya didapatkan oleh orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hidayah yang keempat adalah pahala di akhirat dan masuk ke dalam surga, sebagaimana firman-Nya,
“… Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim.” (At-Taubah: 19)
“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (An-Nahl: 107)
Setiap hidayah yang dinafikan oleh Allah dari Nabi dan manusia maksudnya adalah hidayah selain yang dikhususkan, yaitu hidayah dalam bentuk mengajak (berdakwah) dan memperkenalkan jalan-jalan (kebenaran), seperti memberi akal, taufik, dan memasukkan ke dalam Surga,
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya…” (Al-Baqarah: 272)
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.