14. Al-Hamiid (Yang Maha Terpuji)
Allah ta’alaa berfirman,
“Wahai, manusia, kamulah yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Faathir: 15)
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwasanya Allah al-Hamiid (Maha Terpuji) dari dua sisi:
Pertama, bahwasanya semua makhluk mengucapkan pujian kepada-Nya. Setiap pujian datang dari penduduk langit dan bumi, baik yang dahulu maupun yang belakangan; setiap pujian yang terjadi dari mereka di dunia dan akhirat; setiap pujian yang belum terjadi, tetapi pasti terjadi sesuai dengan pergantian zaman dan peredaran waktu, sebagai pujian yang memenuhi segala yang ada di langit dan di bumi, dan memenuhi semua yang ada yang tidak terbilang jumlahnya. Sesungguhnya Allah lebih berhak terhadap pujian-pujian tersebut dari berbagai sisi. Di antaranya, bahwa Allah lah Yang menciptakan, memberi rizki, terus menerus memberikan nikmat kepada mereka, baik yang tampak atau pun yang tersembunyi, dan yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Dia memalingkan dari mereka siksa dan dan yang tidak disenangi. Nikmat apa saja yang ada pada hamba semuanya berasal dari Allah. Tidak ada yang bisa menolak kejahatan, kecuali Dia. Dia memang pantas mendapat pujian dari mereka di setiap waktu, bahkan mereka harus memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya di setiap saat.
Kedua, Dia dipuji karena memiliki asma’ Yang Maha Indah dan sifat kesempurnaan Yang Maha Tinggi, pujian, sanjungan, dan sifat keagungan serta keelokan. Milik-Nya lah semua sifat kesempurnaan. Bagi-Nya dari sifat itu yang paling sempurna dan paling agung. Maka setiap satu sifat dari sifat-sifat-Nya pantas mendapatkan pujian dan sanjungan yang paling sempurna, apalagi dengan semua sifat-Nya yang suci. Bagi-Nya pujian untuk Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya karena semuanya berputar antara karunia dan kebaikan, serta antara keadilan dan kebijaksanaan yang menjadikan-Nya pantas mendapatkan kesempurnaan pujian. Bagi-Nya pujian atas ciptaan-Nya, syari’at-Nya, hukum-hukum-Nya yang bersifat ketentuan-ketentuan, hukum-hukum-Nya yang bersifat syar’i, dan hukum-hukum pembalasan di dunia dan akhirat. Adapun rincian pujian kepada-Nya, dan pujian apa pun yang ditujukan kepada-Nya tidak akan pernah bisa diliputi oleh pemikiran dan tidak bisa dicatat oleh pena.
15. Al-‘Aziiz (Yang Maha Mulia/ Yang Maha Perkasa).
16. Al-Qadiir ( Yang Maha Kuasa).
17. Al-Qaadir (Yang Maha Berkuasa).
18. Al-Muqradiir (Yang Maha Berkuasa).
19. Al-Qawiy (Yang Maha Kuat).
20. Al-Matiin (Yang Maha Kokoh).
Asma’ Yang Maha Agung ini maknanya berdekatan. Dia Yang sempurna kekuatan-Nya, besar kekuatan-Nya, dan keperkasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Allah ta’alaa berfirman,
“… Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah…” (Yunus: 65)
“… Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Huud: 66)
Makna keperkasaan ada tiga, semuanya merupakan kesempurnaan bagi Allah Yang Maha Agung;
Pertama, izzatul quwwah (keperkasaan kekuatan) yang ditunjukkan oleh asma’-Nya al-Qawiy al-Matiin, yaitu sifat-Nya yang agung/besar yang tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan makhluk, sekalipun besar. Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dzaariyaat: 58)
“… Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah: 7)
“Katakanlah, ‘Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu kepada keganasan sebagian yang lain.’” (Al-An’am: 65)
“… Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai di tempat yang disenangi di sisi (Rabb) Yang Maha Kuasa.” (Al-Qamar: 54-55)
Kedua, izzatul imtina’ (keperkasaan dalam mencegah). Sesungguhnya Dia Yang Maha Kaya pada Dzat-Nya tidak memerlukan siapa pun. Semua hamba tidak ada yang bisa membahayakan-Nya atau memberi manfaat kepada-Nya, tetapi Dialah Yang memberi mudharat dan manfaat, Yang memberi dan Yang mencegah.
Ketiga, izzatul qahri wal ghalabati ‘alal kaainaat (keperkasaan dalam menguasai dan menaklukkan seluruh alam). Seluruh alam dikuasai Allah, patuh terhadap kebesaran-Nya dan tunduk kepada kehendak-Nya. Semua ubun-ubun makhluk ada di tangan-Nya. Tidak ada yang bisa bergerak atau bertingkah laku kecuali dengan daya, kekuatan, dan izin-Nya. Apa yang dikehendaki Allah, niscaya akan terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, pasti tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan-Nya. Di antara kekuatan dan kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan langit, bumi, dan segala isinya dalam waktu enam hari. Dia menghidupkan makhluk kemudian mematikan, lalu menghidupkan mereka (pada hari kiamat), kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan. Allah ta’alaa berfirman,
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja…” (Luqman: 28)
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya…” (Ar-Ruum: 27)
Sebagian dari bukti kekuasaan-Nya bahwa kamu melihat bumi yang kering, apabila tersiram air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu, subur serta menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah. Sebagian dari bukti kekuasaan-Nya adalah adzab yang Dia timpakan kepada ummat-ummat yang mendustakan dan orang-orang kafir yang berbuat zhalim dengan berbagai macam siksaan dan adzab (di dunia). Tipu daya, muslihat, harta, tentara, dan benteng mereka tidak bermanfaat dan tidak bisa menolak siksa Allah bila telah tiba keputusan Allah. Sungguh, semua itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali kebinasaan belaka. Apalagi pada saat sekarang, sesungguhnya kekuatan yang besar dan penemuan-penemuan (baru) yang gemilang (mengagumkan) yang telah sampai kepadanya kemampuan ummat ini, semuanya adalah kemampuan yang diberikan Allah dan pendidikan-Nya terhadap mereka yang dulunya belum pernah mereka ketahui. Maka sebagian dari tanda kekuasaan Allah bahwa kekuatan, kekuasaan, dan penemuan mereka tidak mampu sedikit pun menahan musibah dan adzab yang membinasakan mereka, padahal mereka telah berusaha mencari perlindungan. Namun, keputusan Allah yang menang, semua unsur di langit dan bumi tunduk di bawah kekuasaan-Nya.
Sebagian dari kesempurnaan, keperkasaan, dan kekuasaan-Nya, sebagaimana Dia menciptakan semua hamba, Dia juga menciptakan perbuatan mereka, ketaatan, dan kemaksiatan. Semua itu juga perbuatan mereka. Perbuatan itu disandarkan kepada Allah sebagai ciptaan dan takdir, sedangkan disandarkan kepada mereka sebagai perbuatan dan terlibat secara langsung. Tidak ada pertentangan antara dua perkara ini. Sesungguhnya Allah menciptakan kemampuan dan keinginan mereka, juga menciptakan sebab yang sempurna. Dialah yang menciptakan sebab dan akibat. Allah ta’alaa berfirman,
“Padahal, Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (Ash-Shaaffat: 96)
Sebagian dari bukti kekuasaan-Nya adalah pertolongan yang diberikan-Nya kepada wali-wali-Nya yang disebutkan dalam kitab-Nya (al-Qur’an). Padahal, jumlah dan bekal mereka sangat sedikit dibandingkan musuh yang berada di hadapan mereka, baik dari segi jumlah maupun persiapan/bekal. Allah ta’alaa berfirman,
“… Berapa banyak terjadi, golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orag yang sabar.” (Al-Baqarah: 249)
Sebagian dari bukti kekuasaan dan rahmat-Nya, adalah berbagai macam siksa dan nikmat yang kekal, banyak, serta terus menerus, yang tidak terputus dan tidak berhenti, yang disediakan-Nya bagi penduduk Neraka dan Surga.
Dengan kekuasaan-Nya, Dia mengadakan segala yang ada, mengaturnya, menyempurnakan (ciptaan-Nya) dan memantapkannya, menghidupkan dan mematikan, membangkitkan semua hamba untuk mendapatkan balasan, serta membalas yang berbuat baik sesuai kebaikannya dan orang yang berbuat jahat sesuai kejahatannya. Dia membolak-balikkan hati dan mengubahnya sesuai kehendak-Nya. Apabila menghendaki sesuatu, Dia berfirman,
“Jadilah! Maka terjadilah ia.”
“… Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 148)
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.