Pertama: Asma Allah Subhanahu wa Ta’alaa Adalah Taufiqiyyah (Mutlak Berdasarkan Pada Wahyu, Sedangan Akal Tidak Punya Peranan di Dalamnya)
Dalam masalah asma’ (nama) ini harus berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, tanpa adanya penambahan dan pengurangan, karena akal tidak mungkin dapat mengetahui asma’ yang dimiliki-Nya. Untuk itu, kita wajib berpijak pada nash berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa,
“Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra: 36).
Firman-Nya juga,
“Katakanlah: ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.’” (Al-A’raf: 33)
Selain itu, memberikan nama kepada Allah dengan asma’ yang tidak ditetapkan oleh Allah bagi diri-Nya sendiri, atau mengingkari asma’-Nya adalah pelanggaran terhadap hak Allah. Maka wajiblah berlaku sopan dalam masalah ini dan cukup dengan mengikuti apa yang datang dari nash. (Al-Qawaa’idul-Mutslaa fii Shifatillahi wa Asamaa’-ihil Husnaa, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hlm. 13)
Kedua: Rukun Iman Dengan Asma’ul-Husna
1. Beriman dengan nama tersebut,
2. Beriman dengan makna yang ditunjukkan oleh nama tersebut.
3. Beriman dengan segala pengaruh yang berhubungan dengan nama tersebut.
Maka, kita beriman bahwa Allah adalah Rahiim (Yang Maha Penyayang), memiliki sifat rahmah (kasih saying), yang meliputi segala sesuatu dan menyayangi semua hamba-Nya, Qadiir (Yang Maha Kuasa) memiliki sifat Qudrah (kuasa) dan berkuasa atas segala sesuatu, Ghafuur (Yang Maha Pengampun memiliki sifat maghfirah (ampunan) dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya. (Mukhtashar al-Ajwibah al-Ushuliyyah Syarh al-‘Aqidah al-Washithiyyah, Abdul-Aziz as-Salman, hlm. 27)
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.