Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala,
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (al-Ahzab: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Juwaibir meriwayatkan dari adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas yang berkata, “Beberapa penduduk Mekah, seperti Walid ibnul-Mughirah dan Syaibah bin Rabi’ah mengimbau Nabi saw. untuk menghentikan dakwahnya dan sebagai imbalannya mereka akan memberi beliau separuh dari harta yang mereka miliki. Di sisi lain, orang-orang munafik dan Yahudi di Madinah ikut menakut-nakuti Rasulullah dengan ancaman bahwa jika beliau tidak menghentikan dakwahnya maka mereka akan membunuhnya. Sebagai respons terhadap hal tersebut maka Allah menurunkan ayat, “Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir…”
Ayat 4, yaitu firman Allah ta’ala,
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” (al-Ahzab: 4)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu hari, ketika Rasulullah tengah mengimami para sahabat, tiba-tiba terjadi kekeliruan (dalam bacaan atau gerakan shalat beliau). Orang-orang munafik yang ikut shalat pada saat itu lantas berkata, “Tidaklah kalian lihat bahwa ia (Rasulullah) memiliki dua hati; yang satu bersama kalian sementara yang satu lagi bersamanya?!’ Sebagai tanggapannya, turunlah ayat, ‘Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya;…'” (466)
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Khasib dari Said bin Jabir, Mujahid, dan Ikrimah yang berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki yang mendakwakan diri memiliki dua buah hati/jiwa.”
Ibnu Jarir juga meriwayatkan riwayat yang sama dari jalur Qatadah dari al-Hasan. Hanya saja, terdapat tambahan, yaitu bahwa laki-laki itu berkata, “Saya memiliki satu jiwa yang menyuruh, sementara yang satu lagi melarang.”
Selain itu, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid juga diriwayatkan, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki dari Bani Fahr yang berkata, ‘Sesungguhnya di dalam tubuh saya terdapat dua hati yang masing-masingnya lebih hebat dari akal Muhammad.'” Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Suddi bahwa ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki Quraisy dari Bani Jumah yang bernama Jamil bin Muammar.
Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala,
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu . Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ahzab: 5)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar yang berkata, “Kami masih tetap memanggil Zaid bin Haritsah dengan Zaid bin Muhammad hingga turun ayat, ‘Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah,…'”
Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni’mat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya . Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (al-Ahzab: 9)
Sebab Turunnya Ayat
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa’il dari Hudzaifah yang berkata, “Pada saat Perang Ahzab, kami (para sahabat) berbaris dalam keadaan duduk. Sementara itu, Abu Sufyan dan pasukan koalisi (kaum kafir) berada di atas kami, sedangkan kaum Yahudi Bani Quraizhah di belakang kami. Kami khawatir mereka akan menyerang istri dan anak-anak kami. Kami tidak pernah mengalami malam yang begitu gelap dengan angin yang begitu kencang seperti ini sebelumnya. Di tengah situasi seperti itu, satu per satu orang munafik lalu meminta izin kepada Rasulullah (untuk meninggalkan tempat). Mereka beralasan, ‘Sesungguhnya rumah kami dalam keadaan terbuka (tidak ada yang menjaga),’ padahal tidak demikian adanya. Pada saat itu, tidak seorang pun yang meminta izin kepada Rasulullah melainkan beliau memberinya izin. Orang-orang munafik itu pun satu per satu mulai menjauh. Tiba-tiba, Rasulullah terlihat menghampiri kami sambil berjalan kaki hingga sampai di depan saya. Beliau lalu berkata kepada saya, ‘Sesungguhnya tengah terjadi sesuatu pada orang-orang itu (pasukan Ahzab). Oleh karena itu, pergilah dan informasikan keadaan mereka kepada saya!’
Dengan mengendap-endap saya lalu mendatangi perkemahan mereka. Di sana, saya menemukan perkemahan mereka tengah didera angin yang sangat kencang. Tidak sejengkal tanah pun dari tempat kemah mereka itu yang tidak terkena terjangan angin. Demi Allah, saya sungguh mendengar suara bebatuan yang menerjang kendaraan dan kemah-kemah mereka. DI sela-sela gemuruh angin yang menerjang itu, saya mendengar teriakan-teriakan panik mereka, ‘Segera menyingkir! Lari!’
Setelah beberapa saat, saya lalu kembali ke tempat Rasulullah dan memberitahukan apa yang terjadi pada pasukan koalisi tersebut. Saya juga mengatakan bahwa ketika meninggalkan tempat itu, mereka telah lari kocar kacir. Setelah kejadian itu, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni’mat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara,…'”
Ayat 12, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. (al-Ahzab: 12)
Sebab Turunya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa’il dari Katsir bin Abdullah bin Amru al-Muzni dari ayahnya dari kakeknya yang berkata, “Rasulullah memutuskan untuk membuat parit (di sekeliling kota Madinah) sebelum terjadinya Perang Ahzab. Allah lalu mengeluarkan dari dalam parit sebuah batu besar yang bulat dan berwarna putih. Rasulullah lalu mengambil pacul dan memukul batu itu dengan keras sehingga merekah dan tiba-tiba mencuat cahaya terang dari batu itu yang memerangi kedua ujung kota Madinah. Melihat itu, Rasulullah kembali bertakbir dan kaum muslimin pun ikut bertakbir. Rasulullah lalu memukul batu itu kembali sehingga merekah lebih besar dan kembali mencuat cahaya terang yang menerangi kedua ujung kota Madinah. Melihat itu, Rasulullah kembali bertakbir dan kaum muslimin pun ikut bertakbir. Rasulullah kemudian memukul batu itu untuk ketiga kalinya hingga akhirnya pecah berkeping-keping. Akan tetapi, lagi-lagi mencuat cahaya terang dari batu itu yang menerangi kedua ujung kota Madinah sehigga Rasulullah kembali bertakbir untuk ketiga kalinya dan begitu pula kaum muslimin.
Ketika Rasulullah ditanya tentang kejadian tersebut, beliau berkata, ‘Pada pukulan pertama, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana Hirah dan Madain yang dimiliki Kisra Persia. Jibril lalu datang dan memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka (kaum Persia). Selanjutnya, pada pukulan kedua, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana merah yang terdapat di daerah Romawi. Jibril lalu memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka (kaum Romawi). Ketika saya memukul untuk ketiga kalinya, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana di kota San’aa (Yaman) dan Jibril kembali memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka (kerajaan Yaman).’
Akan tetapi, ketika orang-orang munafik mendengar ucapan Nabi saw. tersebut, mereka justru berkata (dengan nada mengejek kepada para sahabat), ‘Tidakkah kalian merasa heran dengan ucapan, angan-angan dan janji-janji palsu yang disampaikannya kepada kalian?! Bagaimana mungkin ia menyatakan telah melihat kota Yatsrib ini istana-istana Hirah dan Madain milik raja Kisra Persia; juga menyatakan bahwa kalian akan menaklukannya, sementara kalian saat ini hanya bisa menggali parit untuk melindungi diri dari kelompok-kelompok yang kalian tidak mampu menghadapinya?!’ Sebagai respons terhadap sikap tersebut, turunlah ayat, ‘Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”.
Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ayat ini turun sebagai respons terhadap sikap Mut’ab bin Qusyair al-Anshari, yaitu orang yang mengucapkan kata-kata ejekan di atas.”
Selanjutnya, Ibnu Ishak dan al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Urwah ibnuz Zubair dan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi dan lainnya yang berkata, “Mut’ab bin Qusyair berkata, ‘Bagaimana mungkin Muhammad menjanjikan bahwa kita akan menguasai harta dan istana-istana Kisra Persia sementara saat ini saja setiap kita tidak merasa aman, bahkan unuk sekadar pergi membuang hajat!'”
Berikutnya, juga diriwayatkan bahwa Aus bin Qaizhi berkata (kepada Rasulullah) di hadapan pemuka-pemuka kaumnya, “Sesunguhnya rumah kami dalam keadaan terbuka (tidak ada penjaga) sementara ia berada di luar kota Madinah. Oleh sebab itu, izinkanlah kami untuk kembali ke rumah dan menjaga istri dan anak-anak kami.” Pada saat orang-orang munafik itu telah pergi dan umat Islam berhasil melewati cobaan berat tersebut, Allah lalu menurunkan ayat kepada Rasulullah yang mengingatkan kepada beliau berbagai nikmat yang telah diturunkan-Nya serta penjagaan-Nya terhadap beliau dari tipu daya mereka setelah prasangka dan kata-kata buruk yang mereka lontarkan terhadap beliau. Ayat dimaksud adalah,
“Wahai orang-orang yang beriman! Inganlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu,...” (al-Ahzab: 9)
Ayat 23, yaitu firman Allah ta’ala,
“DI antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (al-Ahzab: 23)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Muslim, at-Tirmidzi, dan lainnya meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. yang berkata, “Paman saya, Anas bin Nadhir, tidak sempat mengikuti Perang Badar. Hal itu membuatnya merasa sangat sedih. Ia berkata, ‘Bagaimana mungkin pada peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah saya tidak ikut. Sekiranya nanti Allah mengizinkan saya untuk mengikuti peperangan berikutnya bersama Rasulullah niscaya Allah akan menyaksikan bagaimana tingginya semangat perjuangan saya.’ Beberapa waktu kemudian, terjadilah Perang Uhud. Paman saya lantas ikut terjun ke medan perang hingga akhirnya syahid. Di sekujur tubuhnya kami menemukan lebih dari delapan puluh luka, baik yang karena sabetan pedang, tusukan tombak, maupun terjangan anak panah.” Selanjutnya turunlah ayat ini, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” hingga akhir ayat. (467)
466. Sunan at-Tirmidzi, hadits nomor 3199. Imam at-Tirmidzi menilai hadits ini berkualitas hasan.
467. Shahih Muslim, kitab al-Imarah, hadits nomor 1903, Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3200.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 444 – 450.