Film Yahudi Mesir Sebuah Upaya Pencitraan?

Film Yahudi

Hidayatullah.com—Film dokumenter “Jews of Egypt” (Yahudi Mesir) yang merekam kehidupan orang-orang Yahudi di Mesir sebelum kepergian mereka meninggalkan negara Afrika itu di tahun 1950-an, menuai kontroversi setelah ditayangkan di sebuah festival European Film Panorama di Kairo.

Sutradara film itu Amir Ramsis dicurigai ingin memoles citra Yahudi menjadi baik dan mempromosikan normalisasi hubungan Mesir-Israel, dengan cara mendulang simpati penonton untuk Yahudi Mesir, yang kebanyakan dipandang di Mesir sebagai pendukung Zionis.

“Tuduhan itu sama sekali tidak berdasar,” kata Ramsis kepada Al Arabiya. “Mereka yang berpikir bahwa film itu mempromosikan normalisasi tidak menontonnya atau menganalisanya terlalu berlebihan.”

Menurut Ramsis, filmnya jelas-jelas menentang Israel dan normalisasi.

“Film itu menunjukkan bagaimana Yahudi Mesir menentang pendirian Israel sebelum Revolusi 23 Juli 1952 dan bahwa banyak lembaga Mesir anti-Israel yang sebenarnya dipimpin oleh Yahudi Mesir,” bela Ramsis.

Ramsis berdalih, filmnya ingin memperbaiki miskonsepsi orang tentang Yahudi.

“Banyak orang yang tidak membedakan antara menjadi Yahudi dengan menjadi orang Israel atau Zionis. Banyak orang Mesir secara otomatis memandang Yahudi sebagai musuh,” kata Ramsis, dikutip Al Arabiya (11/10/2012).

Menurutnya, film itu tidak ingin memoles citra Yahudi menjadi baik, melainkan hanya menggambarkan apa yang sebenarnya, dilihat dari sudut pandang dirinya.

Ramsis mengaku film itu mendapat sambutan yang cukup baik, meskipun dia menghadapi banyak kendala dalam pembuatannya.

Film berdurasi 95 menit itu menggambarkan kehidupan masyarakat Yahudi di Mesir pada periode separuh pertama abad XX, yaitu sebelum eksodus besar-besaran menyusul Agresi Tripartit 1956 diluncurkan oleh Inggris, Prancis dan Israel atas Mesir. Dalam film tersebut Yahudi yang masih tinggal di Mesir maupun yang sudah tinggal di Eropa diwawancarai.

“Yahudi Mesir khawatir berperan serta dalam film itu, karena mereka takut diburu oleh pasukan keamanan di era Mubarak. Mereka diberi instruksi yang jelas agar tidak menampakkan diri di media apapun,” kata Ramsis.*