Larangan Menyelisihi Ucapannya

Allah SWT berfirman, “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Al-Baqarah: 2141).

Firman Allah SWT, “…Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan kebaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali,” (Huud: 88).

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan,” (Ash-Shaaf: 2-3).

Diriwayatkan dari Abu Wa’il. Dikatakan kepada Usamah, “Jika engkau mendatangi si Fulan coba berbicaralah kepadanya.” Ia menjawab, “Apakah kalian mengira jika aku berbicara kepadanya lantas aku beritahu kepada kalian? Sesungguhnya aku akan berbicara kepadanya empat mata dan aku tidak mau menjadi orang yang pertama kali membuka pintu fitnah dan aku tidak akan katakan kepada seorangpun bahwa orang yang memimpin kita adalah orang terbaik, setelah aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti akan didatangkan seorang laki-laki kemudian dilemparkan ke dalam api neraka sehingga ususnya terurai.’ Lantas ia berputar-putar di dalam neraka seperti keledai mengelilingi gilingan sehingga penduduk neraka berkumpul di sekitarnya dan mereka berkata, ‘Wahai, fulan mengapa kamu sampai di sini, bukankah kamu yang memerintahkan kami dari berbuat mungkar?’ Ia menjawab, ‘Benar, dahulu aku menyuruh kalian berbuat baik namun aku sendiri tidak melakukannya dan aku melarang kalian berbuat mungkar tetapi aku sendiri melakukannya’,” (HR Bukhari [3267] dan Muslim [2989]).

Diriwayatkan dari Anas r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Pada malam aku diisra’kan, aku mendatangi suatu kaum yang bibir mereka disisir dengan api neraka. Setiap kali selesai disisir, bibirnya kembali seperti semula. Lalu aku bertanya kepada Jibril, ‘Wahai Jibril, siapa mereka ini?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para khatib ummatmu yang mengatakan apa yang tidak mereka lakukan dan membaca Kitabullah namun mereka tidak mau mengamalkan’,” (Shahih, HR Ahmad (III/120).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a, bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Tidak ada seorang Nabi pun sebelumku yang diutus ALlah kepada kaumnya kecuali ia memiliki para penolong dan sahabat yang mengambil sunnahnya dan melaksanakan perintahnya. Setelah itu muncullah satu generasi, mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya berarti ia seorang mukmin. Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan lisannya berarti ia seorang mukmin dan barangsiapa berjihad melawan mereka dengan hatinya berarti ia seorang mukmin. Selain dari itu tidak ada lagi keimanan walaupun sebesar biji sawi.” (HR Muslim [50]).

Kandungan Bab:

  1. Penejelasan hukuman bagi mereka yang ucapannya menyelisihi perbuatannya dan akibat ia melanggar ilmunya yang seharusnya membuat ia takut dan menjauhkannya dari perbuatan tersebut.
  2. Para penceramah merupakan tauladan bagi masyarakat, jika ucapan mereka berbeda dengan perbuatan maka akan mengakibatkan kerusakan.
  3. Sudah sepantasnya mengingkari perbuatan para penceramah dan juru dakwah yang menyuruh manusia berbuat baik sementara mereka sendiri tidak melaksanakannya, menurut kesanggupan dan kemampuan yang ada.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/315-318.