Larangan Bernafas di Bejana (Tempat Air Minum)

Diriwayatkan dari Abu Qotadah r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Apabila salah seorang kalian minum maka janganlah ia bernafas di dalam bejana,” (HR Bukhari [153] dan Muslim [267]).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya Rasulullah saw. telah melarang bernafas di dalam bejana atau meniupnya,” (Shahih, HR Abu Dawud [3727]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang kalian minum, maka janganlah ia bernafas dalam bejana. Jika ia ingin kembali minum maka hendaklah ia jauhkan bejana itu kemudian jika ia mau barulah kembali meminumnya,” (Hasan, HR Ibnu Majah [3427]).

Kandungan Bab:

  1. Larangan bernafas di dalam bejana. Karena bisa jadi nafas tersebut akan merubah bau bejana. Dan terkadang dahak, hawa kotor dan ingus keluar bersama nafas sehingga dapat mengeluarkan bau yang tidak enak. Larangan ini khusus ketika minum sebagaimana yang disebutkan dalam hadits bab ini. 
  2. Jika ingin bernafas, maka disunnahkan untuk menjauhkan bejana lalu bernafas dan kembali meletakkan bejana itu ke mulutnya jika ingin meminumnya lagi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah r.a. Lalu kepada makna inilah dibawa hadits Anas r.a. y ang menyebutkan bahwasanya beliau bernafas di bejana.

    Oleh karena itu, di dalam kitab Fathul Baari, al-Hafidz mengkompromikan hadits ini dan hadits Abu Qatadah dengan mengatakan, “Sepertinya ia ingin mengkompromikan hadits bab ini dengan hadits sebelumnya. Sebab, tampaknya kedua hadits tersebut saling bertentangan.”

    Hadits pertama dengan jelas melarang bernafas di dalam bejana sementara hadits ke dua menetapkan bolehnya bernafas di dalam bejana. Dengan demikian hadits tersebut dapat difahami dengan dua hal:

    Pertama: Larangan bernafas di dalam bejana dan hendaknya bernafas itu di luar bejana. Secara eksplisit, yang pertama ini menunjukkan sebuah larangan bernafas dalam bejana.

    Kedua: Mungkin yang dimaksud adalah bernafas ketika sedang meneguk air dari bejana.

    Sya katakan, “Hal ini dikuatkan lagi oleh hadits yang diriwayatkan oleh hadits yang dirirwayatkan al-Mutsanna al-Juhaini, ia berkata, ‘Ketika aku bersama Marwan bin Hakam, datanglah Abu Said al-Khudri. Lantas Marwan bin Hakam bertanya, ‘Apakah Anda pernah mendengar Rasulullah saw. melarang menghembus di dalam tempat minuman?’ Abu Said menjawab, ‘Pernah. Dan seorang laki-laki berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, dahagaku tidak akan lepas bila bernafas hanya sekali.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Jauhkan bejana tersebut dari mulutmu, kemudian barulah kamu bernafas.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ‘Jika aku melihat ada kotoran di dalamnya?’ Beliau menjawab, ‘Buang airnya’,” (Shahih, HR Ahmad [III/26]). 

  3. Hadits Abu Hurairah r.a. yang tercantum di bawah bab ini dan hadita Abu Sa’id al-Khudri r.a. yang lalu menunjukkan boleh bernafas satu kali ketika minum. Sebab nabi saw. tidak mengingkari ketika laki-laki itu berkata, “Dahagaku tidak akan lepas jika bernafas hanya sekali.” Bahkan beliau bersabda yang artinya, “Jika dengan bernafas sekali dahagamu tidak lepas, maka jauhkanlah bejana itu darimu.”

    Apabila minum dengan sekali nafas tidak dibolehkan tentunya lelaki itu akan bertanya, “Bolehkah minum dengan satu nafas?”

    Dengan demikian hal ini menunjukkan bolehnya bernafas satu kali ketika minum. Akan tetapi jika ingin bernafas maka bernafas di luar bejana merupakan perkara yang sudah jelas dan terang sebagaimana yang tercantum dalam hadits Abu Hurairah r.a.

    Al-Hafidz berkata dalam Fathul Baari (X/93), “Dengan hadits ini Malik menyimpulkan bolehnya minum dengan sekali nafas.”

    Ibnu Abi Syaibah meriwatkan hukum pembolehannya dari Sa’id bin Musayib dan sekelompok ulama.

    Umar bin Abdul Aziz berkata, “Yang dilarang ialah bernafas di dalam bejana. Adapun bagi yang belum bernafas, maka silahkan ia minum dengan sekali nafas.”

    Saya katakan, “Ini merupakan rincian yang bagus.”

    Ibnu Abdil Bar dalam kitab Tahmid (I/393), “Aku telah meriwayatkan atsar dari orang salaf tentang dimakruhkannya bernafas satu kali ketika minum, namun mereka tidak memberikan dalil.” 

  4. Dibolehkannya minum dengan sekali nafas dan tidak bertentangan dengan hadits yang menjelaskan minum dengan tiga kali nafas. Sebab yang pertama boleh dan yang kedua lebih utama berdasarkan hadits Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. minum dengna tiga kali nafas, lalu beliau bersabda, ‘Yang demikian itu lebih melepas dahaga, lebih bersih dan lebih bermanfaat,” (HR Muslim [2028]).

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/163-165.

Baca Juga