Kebersihan hati seorang muslim sangat-sangat di anjurkan dalam agamanya. Islam mengajarkan agar pemeluknya bisa menjadi muslim yang bersih secara lahir dan batin. Kebersihan secara lahiriyah (yang nampak) seperti badan, tempat tinggal, pakaian, dan lain-lain mungkin lebih untuk di laksanakan daripada melaksanakan pembersihan secara batiniyah (yang tidak tampak) yakni hati.
Menjaga hati agar tetap bersih dari kotoran-kotorannya atau penyakit-penyakitnya bisa di katakan sulit, akan tetapi usaha untuk membersihkan hati harus selalu di lakukan. Karna hati ini adalah tempat menerima suatu kebenaran, jikalau hati ini berpenyakit kemudian menjadi keras apa kebenaran akan sulit masuk ke dalamnya. Syaikh As-Sa’di Rahimahullah berkata:
قال الأمام السعدي رحمه الله
القلوب ثلاثة صحيح لين وقاسٍ وضعيف
“Hati itu ada tiga jenis; sehat lagi lunak (mudah menerima kebenaran), keras, lemah.”
فالذي ينقاد للحق ويثبت عليه هو القوي اللين الصحيح
1. “Hati yang tunduk kepada kebenaran dan kokoh di atasnya maka itu adalah hati yang kuat lagi lunak (mudah untuk menerima kebenaran), dan sehat.”
Hati yang selalu tunduk dengan kebenaran dan kokoh diatasnya kata beliau diatas ini adalah hati yang sehat. Istiqomah diatas kebenaran adalah paling sulit bagi orang mukmin, akan tetapi jika ia mampu istiqomah maka derajatnya akan sangat tinggi di hadapan Allah Azza wa Jalla.
والذي ينقاد لكنه لا يثبت عليه هو الضعيف
2. “Hati yang tunduk kepada kebenaran akan tetapi tidak kokoh di atasnya maka itu adalah hati yang lemah.”
Kemudian hati yang kedua kata beliau Syaikh As-Sa’di adalah hati yang tunduk kepada kebenaran akan tetapi tidak kokoh atau istiqomah di atasnya. Inilah hati yang lemah, harus ada obat yang membuat hati ini bisa bangkit dan istiqomah di atas kebeneran. Obat itu tidak lain tidak bukan adalah ILMU.
والذي لا ينقاد له بالكلية هو القلب القاسي.. والله اعلم
3. Dan hati yang tidak tunduk pada kebenaran secara keseluruhan maka itu adalah hati yang keras… wallahu a’lam.”
Dan yang ketiga adalah hati yang keras inilah hati yang tidak tunduk pada kebenaran dan sulit akan menerima kebenaran. Hati ini sudah sangat kronis penyakitnya sehingga menjadi keras.
Sumber: Majmu’ al-Fawaid Iqtinash al-Awabid oleh Syaikh Abdurrahman As-Sa’di