Surah al-Anbiyaa’

Al Quran26

Ayat 6, yaitu firman Allah ta’ala,

“Tidak ada (penduduk) suatu negeripun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebeIum mereka; maka apakah mereka akan beriman?” (al-Anbiyaa’: 6)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah bahwa penduduk Mekah berkata kepada Nabi saw., “Kalau yang kamu katakan itu benar dan kamu senang kalau kami beriman, ubahlah bukit Shafa menjadi emas.” Maka Jibril a.s. mendatangi beliau dan berkata, “Kalau kamu menghendaki, yang diminta kaummu itu akan terjadi. Tapi kalau sudah begitu dan mereka tetap tidak mau beriman, mereka tidak akan diberi waktu lagi. Tapi kalau kamu menghendaki, kamu mintakan tangguhan waktu buat kaummu.” Maka Allah menurunkan ayat, “Tidak ada (penduduk) suatu negeripun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebeIum mereka; maka apakah mereka akan beriman ?” (344)

Ayat 34, yaitu firman Allah ta’ala,

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (al-Anbiyaa’: 34)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa Nabi saw. diberi tahu akan dekatnya ajal beliau, maka beliau berucap, “Wahai Tuhanku, kalau begitu siapa yang mengurus umatku?” Maka turunlah ayat, “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (345)

Ayat 36, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan-mu?”, padahal mereka adaIah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.” (al-Anbiyaa’: 36)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi bahwa Nabi saw. lewat dekat Abu Jahal dan Abu Sufyan yang sedang bercakap-cakap. Ketika Abu Jahal melihat beliau, ia tertawa, dan berkata kepada Abu Sufyan, “Ini adalah nabi Abdu Manaf.” Mendengar itu Abu Sufyan marah dan berkata, “Apakah kalian mengingkari bahwa bani Abdu Manaf punya seorang nabi?” Nabi saw. mendengarnya, lalu beliau kembali kepada Abu Jahal dan menakut-nakutinya. Sabda beliau, “Kulihat kamu tidak mau berhenti kecuali jika kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum terdahulu!” Maka turunlah ayat, “Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan-mu?”, padahal mereka adaIah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.” (364)

Ayat 101, yaitu firman Allah ta’ala,

“Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka,” (al-Anbiyaa’: 101)

Sebab Turunnya Ayat

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.” “(al-Anbiyaa’: 98)

Ibnu Zaba’ri berkata, “Matahari, bulan, malaikat, Uzair, dan Isa telah disembah. Jadi semuanya masuk neraka bersama Tuhan-tuhan kita!” Maka turunlah ayat, “Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. ” (az-Zukhruf: 57-58)

343. Kata al-Qurthubi, “Ia surah Makkiyyah menurut pendapat seluruh ulama.” Kata al-Bukhari (4739) dalam at-Tafsiir dari Ibnu Mas’ud, “Bani Israel, al-Kahfi, Maryam, Thaahaa, dan al-Anbiyaa’ termasuk Al-Qur’an yang pertama-tama turun dan saya membaca sejak dulu.”

344. Lihat ayat 59 dari surah al-Israa’. Kata Ibnu Katsir (3/246), “Seseorang yang pernah bertemu dengan ‘Ubadah ibnush-Shamit menuturkan kepada kami bahwa ia berkata, ‘Ketika itu kami sedang berada di masjid bersama Abu Bakar yang sedang membacakan beberapa ayat Al-Qur’an, tiba-tiba datang Abdullah bin Ubay bin Salul yang membawa bantal dan permadani. Ia meletakkannya lalu duduk bersandar. Abdullah adalah orang yang tampan, fasih, dan pandai berdebat. Ia berkata, ‘Hai Abu Bakar, katakan kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu mukjizat kepada kami seperti yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu. Musa membawa luh-luh (Taurat), Dawud membawa Zabur, Shaleh membawa unta, dan Isa membawa Injil dan meja hidangan…'” Ia menyebutkan kisah yang panjang, lalu berkata, “Ini sangat ghariib.” Menurut saya, ia lemah, sebab di dalamnya terdapat Ibnu Luhai’ah, seorang yang lemah.

345. Kata al-Qurthubi (6/4463), “Orang-orang musyrik dahulu berusaha menolak kenabian Rasulullah. Kata mereka, ‘Ia hanyalah seorang penyair. Kita tunggu saja dia mati! Barangkali dia akan mati seperti halnya penyair bani Fulan.’ Maka turunlah ayat ini.”

346. Kata Ibnu Katsir (3/253), “Yakni kaum kafir Quraisy seperti Abu Jahal dan yang lain. Hadits ini disebutkan dalam ad-Durrul Mantsuur (4/350).

347. Diriwayatkan oleh al-Hakim (2/416), dan ini lemah. Demikian pula disebutkan al-Haitsami (7/69) dalam Majma’uz Zawaa’id dan dinisbatkan kepada ath-Thabrani seraya mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat ‘Ashim bin Bahdalah, dan ia lemah tapi dinyatakan tsiqah oleh beberapa ulama. “Silahkan lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/280). Ia menyebutkan riwayat serupa tentang an-Nadhr ibnul-Harits dengan Abdullah ibnuz-Zaba’ri. Ini juga disebutkan oleh al-Qurthubi (6/4533) dengan agak lebih mendetail.

Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 371 – 374.

Baca Juga