Bab Menghidupkan Tanah Tak Bertuan

1.    PENGERTIAN TANAH TAK BERTUAN

Al-Mawaat (tanah tak bertuan), huruf miim dan waawu diharakati fath-hah, adalah tanah yang belum dikelola dan belum tersentuh aktivitas kehidupan manusia, pengelolaan tanah diumpamakan ibarat kehidupan dan membiarkan tanah terlantar diibaratkan kematian. Sedang ihyaul mawaat (mengidupkan tanah tak bertuan) adalah seseorang bermaksud hendak menggarap dan mengelola tanah yang belum diketahui ada yang memilikinya, kemudian ia menggarapnya dengan mengairinya, atau menanami tanaman atau mendirikan bangunan, sehingga dengan demikian tanah tersebut menjadi miliknya. (Fathul Bari V: 18).

2.    AJAKAN ISLAM UNTUK MELAKUKAN IHYAUL MAWAAT

Dari Aisyah ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menggarap tanah tak bertuan, maka ia lebih berhak menjadi pemiliknya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 6057, Fathul Bari V: 18 no: 2335).

Urwah berkata, “Pada masa pemerintahannya, Umar memutuskan seperti itu.”

Dari Jabir ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang belum tersentuh tangan manusia, maka ia menjadi miliknya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5975 dan Tirmidzi II: 419 no: 1395).

Darinya (Jabir) juga dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Barangsiapa yang membuat pagar di sekeliling sebidang tanah yang tidak bertuan, maka tanah itu menjadi miliknya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5952 dan ‘Aunul Ma’bud VIII: 330 no: 3061).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 680 – 681.