Empat Kunci Bahagia

Berbicara soal bahagia, setiap orang tidak ada yang menolaknya. Setiap kita tentu ingin hidup bahagia. Persoalan yang menimpa kita adalah ketika kebahagiaan itu disalahartikan dan dicari dengan jalan yang salah.

Bahagia sering ditafsirkan dengan kesenangan duniawi, padahal sejatinya kebahagiaan itu adalah perkara yang bersifat rohani. Banyak orang yang mungkin secara duniawi dinilai sengsara atau bahkan merugi, tetapi ternyata di dalam hatinya tersimpan kebahagiaan tiada tara.

Sebaliknya, terkadang kita jumpai orang-orang yang secara materi dinilai berhasil dan bahagia, tetapi di dalam hatinya ia tidak merasakan hidup bahagia. Ketika orang menyalahartikan kebahagiaan, maka kehinaan dan kehancuran bisa jadi justru menjadi kebahagiaan yang dia elu-elukan.

Tidakkah kita mengingat nasib Qarun dan Fir‘aun beserta pengikutnya yang disiksa oleh Allah bersama dengan segenap kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki? Ternyata kejayaan materi dan politik bukan jaminan kebahagiaan.

Banyak orang lupa, bahwa bahagia itu di tangan Allah; yang Allah akan berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah tidak akan berikan kebahagiaan itu kecuali kepada mereka yang tunduk beribadah dan mentauhidkan-Nya.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr -hafizhahullah- dalam kesempatan ceramahnya beberapa waktu silam telah mengingatkan bangsa Indonesia ini dengan ucapannya,

“Kebahagiaan itu di tangan Allah dan ia tidak bisa dicapai kecuali dengan taat kepada Allah…”.

Kalimat singkat tetapi sarat pelajaran dan faidah. Hal ini mengingatkan kita akan sebuah surat pendek yang merangkum 4 kunci kebahagiaan.

Allah berfirman (yang artinya),

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran”. (QS. al-‘Ashr : 1-3)

Di dalam surat ini tercakup 4 kewajiban sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Muhammad at-Tamimi -rahimahullah- yaitu ilmu, amal, dakwah, dan sabar.

Inilah 4 kewajiban agung yang menjadi jalan kaum beriman untuk mencapai puncak kenikmatan. Iman dan amal salih tidak bisa tegak kecuali dengan ilmu, begitu pula dakwah dan sabar tidak bisa terwujud kecuali dengan ilmu. Sehingga ilmu merupakan kunci pokok kebahagiaan.

Wajarlah apabila Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Inilah 4 kunci bahagia. Tanpa ilmu manusia akan hidup dalam kesesatan, tanpa amal manusia akan tenggelam dalam kedurhakaan, tanpa dakwah manusia akan hanyut dalam kerusakan demi kerusakan, dan tanpa kesabaran manusia akan melepaskan diri dari agama dan ketaatan kepada Rabb-nya.

Sebagian ulama berkata,

“Sabar dalam iman seperti kepala bagi anggota badan, apabila kepala diputus maka badan tidak lagi bertahan…”.

Keempat kunci ini telah tercakup dalam satu resep yaitu keimanan. Iman yang benar kepada Allah dan rasul-Nya. Iman yang lurus terhadap perintah dan larangan-Nya. Iman yang dibangun di atas dalil al-Kitab dan as-Sunnah. Iman yang memadukan antara ucapan lisan, keyakinan hati, dan amal anggota badan. Iman yang memadukan antara cinta, takut, dan harapan. Iman yang menyatukan antara kecintaan dan pengagungan. Iman yang melahirkan ketaatan dan rasa takut kepada Allah. Iman yang bersih dari noda syirik, kekafiran, dan kemunafikan.

Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya),

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman; mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk”. (QS. al-An‘am : 82)